Minggu, 06 Juni 2010

I'm Bali..:D

Weekend pertama saya di Bali, saya hanya muter-muter di Kuta dan Seminyak, dimana manusia yang notabene kelihatan adalah turis-turis “ber-uang”, baik yang kulitnya putih atau yang punya pigmen berwarna, saya tidak mendapatkan kesan “waw” dari Bali, dengan hiburan-hiburan yang ditawarkan adalah kafe dengan daya tarik masing-masing( “life music” atau “tari gay” atau “dance”, dan lain-lain ga sempat lihat satu-satu), clubbing everynight, keramaian di pinggir pantai, dan shopping center. Yap, tetap dengan aura kekhasan Balinya tentunya. 

Tapi Saya tidak berhasil melihat alasan kenapa kenapa bule-bule mau susah-susah datang keBali hanya untuk hiburan-hiburan kota yang mungkin lebih melimpah banyaknya di kota mereka.
Weekend kedua diBali, kakak tingkat kuliah saya datang dari bandung.dan inilah yang namanya puncuk dicinta ulampun tiba. satu sms berisi tawaran jalan-jalan masuk kehandpone saya.
Dibali tidak banyak transportasi public seperti bis dan angkot, karena itu cara jalan-jalan paling hemat sebenarnya adalah menyewa mobil dan ajak orang sebanyak-banyaknya biar rembukannya jadi murah.Yah, sayangnya tidak ada tema “jalan-jalan kere mahasiswa” weekend ini karena yang mengajak sudah punya gelar sarjana pada namanya dan yang lainnya sudah punya penghasilan. 

Dan hari itu saya melihat sisi lain dari sebuah pulau Bali.kesan kedua yang cukup menggoda, dan akhirnya mendapatkan beberapa cerita cukup buat bikin sirik teman-teman saya yang memilih kerja praktek dijawa.:D

Rute perjalanan kali ini Pura Besakih-Pura Gua Lawa-pantai dipelabuhan Padang Bai-Pura Candi Dasa-terakhir Pantai Amad.

Berhubung rutenya kebanyakan adalah pura, saya mengikuti saran teman saya untuk menggunakan kebaya bali dan kain. Karena memang kebanyakan pura mewajibkan pengunjung untuk menggunakan kain sebagai penghargaan terhadap kesucian puranya. Saya merasa menjadi pemandangan yang cukup aneh hari ini, cewek berkerudung dimix kebaya bali lalu jalan-jalan dipura.

Cerita pertama saya tentang keindahan bangunan-bangunan kuno di Bali.

Pura-pura tua dan bangunan kuno lainnya punya arsitektur yang luar biasa. Wajar orang-orang tetap takjub dan terus mencari rahasia bagaimana orang-orang jaman dahulu dengan teknologi primitif bisa membangun bangunan-bangunan besar dengan arsitektur yang begitu bagus seperti itu.Bangsa yang besar dan beradab harusnya memberikan penghargaan lebih terhadap mahakarya-mahakarya ini dengan memberikan perlindungan, menjamin tidak adanya kerusakan terhadap bangunan-bangunan ini. Kebanggan buat Indonesia, karena di Bali, warganya memberikan penjagaaan dan penghargaan yang besar terhadap bangunan Puranya. Karena memang warga Bali yang notabene Hindu masih menggunakan bangunan-bangunan ini untuk beribadah.para pengunjung yg datang bukan untuk beribadah pun wajib menggunakan kain sebagai cara untuk menghargai pura-pura ini. Ini menciptkan sebuah wisata yang khas “Bali”.Pengunjung juga dipersilahkan memperhatikan upacara keagamaan Hindu selama masih mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan.

Saya tiba-tiba menjadi setuju dengan sebuah kalimat dalam adegan film Cin(T)a : “Tuhan pasti Arsitek”.
Cerita kedua saya tentang Keunikan kedua dari Bali , wisata budaya dan peradaban yang berkolaborasi dengan wisata alam khasnya.Sewajarnya orang-orang pasti mencari tempat yang tenang dan indah untuk beribadah, dan bangunan-bangunan agama di Bali didirikan ditempat-tempat dengan pemandangan maknyus.Pura besakih punya background gunung gede dibelakangnya yang simetris, pura Gua lawa dan Candi Dasa berada dipinggir pantai.
Tentang Keindahan wisata alam Bali sepertinya tidak perlu saya ceritakan.:D
Perjalanan terakhir ke Pantai Amad.
Pantai amad berada didaerah pinggir sehingga tentu saja tidak seramai Kuta atau Seminyak dan senangnya melihat masih banyak rumah penduduk pribumi disini. Pantainya tidak begitu indah, tapi terkenal akan keindahan taman lautnya. Katanya 10 meter dari pantai kita sudah bisa melihat terumbu karang.
Satu pengalaman menarik lagi.
Ketemu dengan bapak-bapak yang sedang berkumpul dipinggir pantai sambil bermain suling Bali bareng-bareng. Mereka memanggil-manggil saya dan menawarkan sulingnya. Ditempat-tempat wisata lain, saya mati-matian menghindari para penjual yang ngeyelnya minta ampun menawarkan dagangannya. Waktu itu saya malah mendekati bapak-bapak itu. Tidak ada niat membeli tentu saja mengingat keadaan kantong dan kepayahan saya belajar alat musik. Yang menarik minat saya permainan suling mereka.3 tahun ini saya habiskan dilingkungan akademis-bisnis-aktifis yang orang-orangnya hidup dengan ambisi dan keinginan yang tinggi. Karena itu saya menjadi jarang sekali melihat orang-orang seumuran itu (40-50 an) berkumpul, ditemani minuman biasa, bercanda, dan bermain musik dipinggir pantai. Begitu menikmati hidup sepertinya. Karena pengaruh tuak juga sih, yang membuat mereka begitu enjoy.

Hal kedua yang menarik saya, bagaimana mereka begitu “welcome” terhadap pendatang. Karena sudah terbiasa dengan turis juga sepertinya, saya merasa mereka begitu ramah dan tidak canggung.Walaupun saya bersikap “mahasiswa” sekali, tidak membeli jualan mereka, mereka tetap mempersilahkan saya menikmati tontonan permainan suling mereka. Malah diikutsertakan dalam obrolan-obrolan mereka yang temanya seputar kehidupan pribadi. Berbagi pengalaman dan cerita hidup mereka.Khas keramahan penduduk desa.hal-hal menyenangkan yang cuma didapatkan dari berkumpul dengan orang-orang dengan kehidupan yang sederhana dan ambisi sederhana. 

Penutup perjalanan kali ini berenang dipantai Amad. Sedihnya, saya tidak melakukan persiapan untuk snorklingan dan cuma bisa berenang dipinggir pantainya.:(

Heuheu.walau kurang sempurna tetap weekend yang sangat menyenangkan sekali.Cukup untuk mengcharging energi buat menggenjot sepeda seminggu depan sampai waktunya hunting cerita weekend selanjutnya.:D