Kamis, 31 Oktober 2013

Weekly Photo Challenge : Horizon

The Sea, the sunset, and the sky, such a cliche. Yet, we still falling for it over and over.

Entry for Weekly Photo Challenge : Horizon
Photo taken by Canon PowerShot A2200 at Menjangan Besar island, Karimun Jawa, Mei 2012

Minggu, 27 Oktober 2013

Jumat, 18 Oktober 2013

Obsesi foto ala The Beatles


Oke, ini alay. Tapi godaan untuk meniru foto ala the beatles ini selalu muncul setiap saya harus menyeberangi perempatan jalan depan kantor, yang waktu tunggu lampu merah untuk kendaraannya bisa lebih dari 2 menit sehingga pejalan kaki bisa menyeberang jalan like a boss .
Sebenarnya ada 3 model, tapi model yang satu lagi jalan terlalu kencang karena takut keburu habis lampu merahnya.Haha. Sepertinya harus diulangi lagi dengan kamera yang beneran (karena waktu itu cuma bawa hape) dengan model-model yang lebih ga takut sama klakson dan tatapan aneh dari orang-orang. 

Weekly Photo Challenge : Infinite

I was poured with ton of ideas once I see the challenge’s theme, Infinity. I thought that it would be an easy homework. But turned out that It was not as easy as I thought it would be. I experimented with a lot of objects, taking photos. But some snapshots look like just an ordinary pattern while the others are so abstract I’m not sure people could catch the idea of the infinity on its.
For today is the post deadline, I choose one from my experiments that (I think) would meet the idea.
Here it is.

Plaited bamboo, ornament of a chair belong to Indonesian Culture. Could you get the idea of Infinity on it?

Jumat, 11 Oktober 2013

Got a Postcard! :D



Got a Postcard from Ms. OMG! Aha!

So, this friend of mine who currently live in Porto, bella , made this unique cartoon character, Ms.OMG and taking photo of this character in every place she visited and every friend she met. This cute character became famous immediately. And she also do post card give away session in her blog. I got this one from the first session, months ago, I almost forgot. Haha. The post card just have a long long long trip across the world.

Thankyou  bella! Amin for the wish. :D


Pertama kali dapat hadiah give away di blog. Maafkan ya kalo saya terlalu excited, hehe

Kamis, 10 Oktober 2013

Weekly Photo Challenge : Good Morning!



I am working on a new habbit since I've been living in my current city, a  little exercise, go jogging early morning before work to a public open space near to mine, Monas. Twice a week more or less. The outest area, surrounding the monas is a park with some block paving paths throught it which is my favourite. With the tress  along paths, it's felt so green and dense. The track rather quite in the morning of the weekday (but not at weekend). I usually start  at 5.15 and finish at 6.00, when the sun just about to rise up. My default answer when friend ask me what is my motivation to maintain such habbit is ,"I am addict to exercise".




To speak the truth, I am not into running that much. I'm used to ending the session sitting in the park chair, take a break for 5 to 10  minutes just to feels the  surrounding. Hearing the birds singing , watching the colored morning sky, feeling the warm morning sunshine pouring my  skin. That session, the one that I am addict to.



I always have this thought that it is every human being primary need, to have this personal touch with the universe, so that our life get trully alive. In my personal experience, that is my alternative way to feel the existence of God. But living in a such a crowded city,work 5/7, 8 to 5, it's so easy to forget how beauty world and life itself really is. Spend 9 hours at the big pretentious artificial building, and some other hours trapped at the jam, the vibration of the universe start to fade away I can't even feel it sometime. I'm kind of miss it.

So I work on it. Make efforts to wake up at the morning, go out before the sun so that I can see it set up at the sky. Take some silence time to sense the surrounding. Say "hello, good morning" to the universe. And I think that effort, is worth it.

Beside, take exercise before work is really good, charge you with a lot of energy to rock the day. Give it a try!

This post is for  : weekly photo challenge : Good Morning!
Photo taken September 11st 2013 at Monas Park, Jakarta, Indonesia 

Minggu, 06 Oktober 2013

Now Open : Little Wings

It's officially open : Little Wings



New cafe and library located at Cigadung Raya Barat 2, Bandung. It's our intention, to provide people a pleasant place to read, eat, gather or just looking for some inspirations.

Every you is invited to come. So,please? :)

Selasa, 01 Oktober 2013

Catatan Perjalanan Kinabalu (Hari Ketiga)

Sabtu, 7 Juni 2013

Kami terbangun sebelum guide datang membangunkan. Lorong kamar terdengar gaduh oleh para peserta pendakian yang sedang bersiap-siap.  Saya yang sudah menggunakan perlengkapan siap tempur sebelum tidur, hanya tinggal menggunakan kerudung. Lalu duduk manis menunggu yang lain bersiap-siap. Pertama kali merasakan sesi berdandan sebelum mendaki. Lalu Mbak H datang dari kamar mandi sambil tertawa-tawa, membawa laporan melihat seorang bule yang sedang menggunakan maskara. Haha. Yostal ada teman. Segera kami turun ke restoran.

Di restoran sudah tersedia early breakfast untuk para pendaki dan antriannya cukup panjang. Jenis-jenis makanannya bermacam-macam dan menggoda sekali. Tapi makan terlalu banyak sebelum mendaki jelas bukan ide baik.

Kami sudah selesai makan sebelum pukul 3.00 wib, tapi karena Gate menuju puncak di pos sayat-sayat baru dibuka oleh petugas pukul 3.00, kami tetap harus menunggu jam tiga untuk memulai pendakian. Sebagai pemanasan summit attack (pendinginan?) kami keluar ruangan. Perubahan cuaca dari rumah kayu yang hangat ke udara 3259 mdpl yang dingin langsung mengigit kulit. Kami berdoa (dan berfoto) sebelum berangkat.


Selama persiapan perjalanan ini, orang-orang selalu berkata bahwa pendakian ke Kinabalu adalah pendakian piknik. Alasannya karena jalurnya yang mudah dan jelas, dan karena ada penginapan. Karena itu hampir sebagian besar dari kami tidak terlalu mempersiapkan fisik dengan serius untuk perjalanan ini, meskipun tinggi gunung ini adalah 4098 mdpl.

Well, perjalanan dari gerbang ke laban rata bolehlah di bilang piknik. Tapi perjalanan dari laban rata menuju puncak? Kami tidak mempersiapkan diri untuk ini. Sama sekali tidak semudah yang dibayangkan. Ingatan biaya 983 ringgit yang sudah dikeluarkan jadi motivasi untuk tidak mundur turun. 


Seperti kemarin, kami berjalan dengan flow masing-masing karena tidak ingin saling merepotkan. Tidak terlalu khawatir akan ada yang tertinggal atau tercicil karena pendaki yang mendaki banyak sekali. Terdapat beberapa titik jalur sempit dimana pendaki harus antri untuk melewatinya. Karena dingin dan kemiringan yang lebih tajam, kami berjalan pelan saja. Sekitar setengah jam berjalan saya mendapat kabar dari guide bahwa mbak may tidak melanjutkan karena cici ternyata muntah diperjalanan. Mbak citra dan Ika juga mengundurkan diri dari pendakian ke puncak.

Sekilo pertama menuju pos sayat-sayat, jalur yang dilewati adalah jalan tanah berbatu yang sempit dan masih terdapat pohon disepanjang jalur. Tapi jarak antara satu undakan menuju undakan selanjutnya semakin tinggi. Setelah pos sayat-sayat, medan yang harus kami lewati adalah padang batu. Benar-benar padang batu. Sepanjang mata memandang hanya ada batu.

Melihat medan pendakian dari pos sayat-sayat ke puncak ini, saya sedikit lega karena mbak may tidak jadi membawa Cici ke puncak, karena cukup ekstrim. Pada beberapa titik dimana kita harus semi memanjat hanya dengan berpegangan pada tali. Juga terdapat satu spot dimana pendaki harus berjalan melipir di jalur yang sangat tipis yang langsung bersisian dengan jurang tebing, yang kami sendiri tidak menyadari hingga kami turun dan melihat jalur-jalur tersebut saat hari sudah terang. Tapi karena medannya berupa batu yang solid, pendakiannya tidak semelelahkan pendakian puncak mahameru, atau anjani. Jauh lebih nyaman untuk menapak. Dua jam berjalan, tujuan akhir mulai terlihat : Low's peak kinabalu. Tapi meski sudah terlihat, puncak ternyata tidak sedekat itu.

Bentuk puncak gunung Kinabalu seperti gunung arjuno, puncakan batu yang sempit. Sehingga orang-orang harus antri untuk berfoto di puncak. Keramaian di puncak terlihat jelas dari belokan terakhir sebelum ke puncak. Dinna membatalkan niatnya menuju puncak, terlanjur malas melihat keramaian. Puncak bukan tujuan memang.Tapi foto-foto dipuncak, jelas tujuan.

Saya sampai di puncak sejam kemudian, pukul enam pagi. Peserta pertama dari rombongan kami yang sampai di puncak adalah mbak Yanti. Mbak yang satu ini emang luar biasa sekali staminanya. Semua orang sampai heran beliau dapat stamina dari mana. Setelah mbak Yanti ada yostal dan baru saya. Setelah beberapa saat sesi foto-foto di puncak, mbak Sinta muncul. Wohhh. Ibu-ibu ini kece-kece memang.



Setelah menemani mbak Sinta foto-foto sebentar, kami segera turun. Hanya beberapa puluh meter turun saya bertemu dinna yang sedang berfoto-foto bersama mbak Nina, yang juga tidak menyelesaikan hingga ke puncak dengan alasan yang sama dengan Dinna. Lalu kami turun bersama. Tidak berapa jauh kemudian, kami bertemu dengan mbak Ni'ma, mbak H, dan mbak Noni. Mereka pun sebenarnya tidak terlalu jauh dari puncak, hanya saja karena sudah melewati batas waktu, guide melarang mereka meneruskan perjalanan ke puncak. Cukup tegas memang guide-guide disini.


Tapi pemandangan sepanjang perjalanan turun tidak kalah menarik kok dengan pemandangan di puncak sana.




Setengah jam diawal perjalanan turun, kabut masih menutupi pemandangan sekitar. Memberik efek mistis pada batu-batu dan puncakan-puncakan disekitar. Berasa di film lord of the ring (beneran). Setelah kabut mulai hilang barulah pemandangan sekitar terlihat jelas. Keren sungguh. Suasana baru yang belum pernah saya dapatkan setelah beberapa kali mendaki gunung. Megah, kosakata yang cocok untuk mendeksripsikannya.



Mbak Sinta baru sampai di Laban rata setelah kami selesai makan dan packing barang-barang untuk turun. Beliau ternyata keseleo dalam perjalanan turun sehingga terpaksa berjalan pelan-pelan.

Setelah menunggu mbak Sinta makan dan packing kami segera memulai perjalanan turun dari Laban rata ke Timpohon Gate. Beberapa orang yang sebelumnya tidak menggunakan jasa porter untuk membawa barang saat naik memutuskan menggunakan jasa porter untuk turun karena takut kecapekan dan menganggu perjalanan.

Setelah menunggu mbak Sinta makan dan packing kami segera turun. Beberapa orang yang sebelumnya tidak menggunakan jasa porter untuk membawa barang saat naik memutuskan menggunakan jasa porter untuk turun karena takut kecapekan dan berjalan pelan.

Kanan : Laban rata dari atas. Tengah : Restoran Laban rata. Kiri :  Laban rata dari bawah.

Beberapa saat berjalan turun dari Laban Rata, masing-masing orang kembali dengan flow jalan masing-masing. 

Perjalanan turun gunung adalah bagian paling membosankan dari mendaki bagi saya. Semua motivasi sudah habis dan saya hanya ingin segera mungkin kembali kebawah. Dan meskipun turun, perjalanan turun jauh lebih menyakitkan daripada naik, karena beban semuanya ditumpukan pada lutut dan pergelangan kaki. Lutut yang berdenyit-denyit sepanjang perjalanan membuat saya seketika merasa mulai mengalami gejala penuaan. Sayangnya bagian turun ini tidak bisa di skip begitu saja.  Yang paling menyiksa tentu saja undakan-undakan sepanjang jalur yang sewaktu naik sangat membantu, saat turun memaksa kita untuk benar-benar menapak satu-satu. Membuat beban tubuh benar-benar terpusat pada paha, lutut, dan pergelangan kaki. Bersabar dan tetap melangkah satu-satunya cara untuk bisa sampai ke bawah.

Pukul setengah empat, satu persatu peserta mulai sampai di bawah. Satu orang yang masih belum sampai yaitu mbak Sinta, yang berjalan pelan di belakang bersama guide karena kakinya yang keseleo. Maksimal pukul empat seharusnya kami sudah dalam perjalan kembali ke kota Kinabalu untuk mengejar pesawat kami ke Kuala Lumpur pukul delapan malam.

Akhirnya mbak Yanti mengusulkan diri untuk menunggui mbak Sinta agar kami semua bisa segera mengejar pesawat. Beliau sendiri memang belum membeli tiket karena takut hal-hal seperti ini terjadi. Mbak May lalu mencoba menghubungi mbak Sinta dari telepon dan mbak Sinta setuju dengan rencana tersebut. Kalau sempat dia berusaha untuk tetap mengejar pesawat yang sama.  

Kami segera naik kendaraan ke Head Quarter untuk mengambil sertifikat dan membeli oleh-oleh bagi yang berminat. Masih ada jatah satu kali makan lagi sebenarnya di Head Quarter untuk kami, tetapi karena buru-buru kami langsung ke Bandara.Pukul tujuh kami sampai di Bandara Kota Kinabalu. Lega karena tidak harus membeli tiket pesawat baru. Sayangnya mbak Sinta tidak sempat mencapai bandara pada waktu yang tepat, karenanya beliau harus menginap semalam lagi di Kota Kinabalu dan membeli tiket pesawat baru.

Hampir pukul sebelas malam ketika kami sampai di Kuala Lumpur. Kecapekan, tapi bahagia dan masih bisa senyum lebar ketika berfoto.



Dari sini tim kembali terbagi. Mbak Nina dan mbak Citra bermalam di bandara untuk mengejar penerbangan mereka besok pagi ke tempat domisili masing-masing. Sementara sisa tim berangkat ke KL sentral menuju tempat tinggal teman mbak May, tempat kami akan bermalam di KL malam itu. As always, extended trip, jalan-jalan kota :D

Diluar biaya perjalanan yang cukup bikin dompet teriak, pendakian dua hari ini salah satu pendakian paling menyenangkan bagi saya. Karena pemandangan indah yang berbeda, dan teman-teman perjalanan yang kece-kece. Senior yang baru pertama kali saya temui walau sudah beberapa kali bertegur sapa di dunia maya : mbak Nina. Teman-teman baru, mbak Ni'ma dan Mbak Noni (lebih pantas saya panggil tante sih,hehe). Dan bernostalgia bersama mbak Citra, mbak H, Ika, mbak May, dan tentu saja si kecil Cici. Oh ya, Yostal dan Dinna juga (dua orang ini tidak perlu disebut sebenarnya :p)

Bagi saya, perjalanan ini seperti pemberi harapan, bahwa mimpi menjelajah alam semesta itu mungkin-mungkin saja terpenuhi. Dengan dicicil sedikit demi sedikit (Lebay deh fa)
***
Demikian catatan perjalanan saya ke Kinabalu, akhirnya setelah beberapa bulan menunda catatan ini selesai juga. Lega serasa habis bayar hutang. Semoga bisa membantu bagi yang butuh informasi, walaupun lebih banyak cerita yang ga pentingnya.hehe.

Sedikit garis bawah saya, jangan anggap remeh. Meskipun dibilang gunung wisata, bukan berarti membolehkan untuk tidak mempersiapkan fisik dengan baik loh sebelum kesini. Sungguh deh tidak semudah itu. Terbukti, butuh waktu seminggu lebih untuk bisa kembali berjalan normal dan naik turun tangga tanpa kesakitan.  Jadi yang mau kesana, persiapkan mental fisik dan dompet sebaik-baiknya. Happy climbing, safety first, and don't littering! :D

Catatan Perjalanan Kinabalu (Hari Kedua)

Jumat, 6 Juni 2013

Keesokan harinya kami mulai bersiap-siap packing setelah solat subuh, lalu ke ruang makan untuk melihat sarapan apa yang tersedia. Sarapan include dengan biaya penginapan, tentu saja sarapan alakadarnya yang semuanya self service. Bahkan jika kehabisan alat makan bersih pun kita harus mencuci sendiri di dapur. Menu yang tersedia pagi itu yaitu roti, telur rebus, dan minuman-minuman instan sachet. Saya, dinna dan yostal memilih keluar mencari sarapan yang bisa memberikan lebih banyak bekal tenaga hari ini, sambil melihat-lihat kota.



Kota kinabalu terlihat berbeda ketika pagi hari. Kota ini cukup besar dengan jalan-jalannya lebar walau tidak terdapat pemandangan gedung-gedung tinggi. Bangunan-bangunan di sekeliling terlihat tua dan ttmosfer sekitar terasa pelan, seperti Jogja. Rasanya kota yang sangat cocok untuk para pensiunan. Kami keluar pukul 06.00 dan toko-toko masih tutup. Terdapat beberapa rumah makan yang sudah buka tetapi masih sepi pengunjung. Hasil observasi singkat membuat saya menyimpulkan bahwa Mayoritas penduduk disini adalah chinese dan melayu, hampir semua toko menggunakan 2 bahasa tersebut pada plang namanya. 

Kota Kinabalu terletak di pinggir laut, tetapi memiliki banyak bukit-bukit kecil di tengah kota. Di salah satu sisi kota terdapat satu teluk kecil yang sempit dan cukup panjang, seperti sungai ditengah kota. Landcape, bangunan-bangunan, dan penduduk kota ini mengingatkan saya pada kampung Nias di Padang. Kami memilih  sebuah restoran yang terlihat menarik dan dengan baiknya pelayan toko mengingatkan kami bahwa makanan yg mereka sediakan tidak halal. Kami berpindah ke restoran di blok sebelah dan ternyata yang punya orang jawa dan muslim, jadi aman.


Pukul 06,30 kami kembali ke bunibon lodge dan beberapa orang ternyata masih bersiap-siap sehingga kami masih punya waktu untuk menyeduh kopi. Beberapa anak sekolah yang sepertinya sedang jalan-jalan dan menginap di tempat yang sama meminta memfoto bersama. “mak cik, dari indonesiakah? Boleh lah minta foto? Macam di sinetron-sinetron lah ini” . Duh dek. Untung di kota asing.

Pukul 07.00 jemputan kami dari best borneo travel sudah datang. Setelah sedikit kerempongan dan foto-foto kami berangkat menuju kinabalu pukul 07.30.  


Karena kurang istirahat semalam, saya hanya sempat sebentar melihat-lihat kota dan segera tertidur. Cici yang sebelumnya berpelukan ke Ika berpindah kesebelah saya dan dengan nyamannya bersandar tidur di lengan saya. “Empuk ya ci?”,kata Ika.

Pukul 09.30 kami sampai di Head Quarter Taman Kinabalu. Setelah registrasi ulang, kami berpindah ke sebuah bus besar yang mengantarkan kami ke kaki jalur pendakian. Pukul 10.00 kami sampai di gerbang pendakian Timpohon gate lalu segera memulai pendakian setelah briefing singkat, berdoa bersama, dan tentu saja, foto-foto sebelum mendaki saat semua orang masih terlihat segar.

FYI, harga paket pendakian ini adalah 983 MYR/orang.  Hampir 3 juta rupiah. Mahal ya? Memang. Tapi setelah merasakan fasilitas-fasilitas di sepanjang perjalanan itu, saya rasa itu harga yang worth it (baca sini). Kami membeli paket ini melalui agen Best Borneo. Menurut mbak May, bakal lebih murah membeli di agen daripada langsung ke Head Quarter.  Fasilitas yang kami dapat untuk harga itu adalah : guide, penginapan, 5 kali makan (2 kali berupa ransum, dan 3 kali berupa makan ala prasmanan di laban rata), serta sertifikat. Penginapan? Iya. Gunung Kinabalu memiliki sebuah penginapan ala hostel di jalur pendakiannya pada ketinggian 3259 mdpl, yaitu penginapan Laban Rata. Di penginapan inilah para pendaki bermalam sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak esok dini hari. Kebijakan pengelola tidak membolekan pendaki memasang tenda di sepanjang jalur pendakian sehingga semua pendaki harus menginap di penginapan ini. Jalur pendakian Kinabalu pun hanya satu akses, karena itu perijinan pendakian hanya bisa didapatkan dari head quarter ini. Oh iya, harga paket itu diluar biaya porter. Untuk biaya porter dikenai perkilogram barang. Untuk yang masih muda-muda saya rasa tidak harus menggunakan porter, karena toh barang yang harus dibawa hanyalah baju ganti dan jaket.

Suasana jalur pendakian Kinabalu ini seperti jalur pendakian gede lewat Cibodas, hanya saja dengan jalur yang lebih rapi. Tipikal hutan tropis dengan udara yang terasa lembab. Sepanjang jalur sudah dibuat undakan-undakan tangga untuk membantu pendaki. Beberapa undakan dibentuk secara alami menggunakan batu, dan sebagian lainnya dibentuk dengan potongan kayu atau besi. Untuk jalur-jalur yang memotong sungai sudah dibuatkan jembatan. Dari peta yang saya dapatkan, total panjang jalur pendakian adalah 8,5 km. 


Untuk hari pertama kami berjalan 6 km, yaitu hingga laban rata (3272 mdpl). Perjalanan hari kedua hanya berjarak 2,5 km tetapi merupakan bagian yang terberat karena dalam rentang 2,5 km itu kita harus menaiki ketinggian sekitar 800m.Rata-rata lama pendakian hari pertama ini adalah 6-8 jam.

Kilometer pertama,
Cici beberapa kali jalan sendiri loh :)
Dari gerbang hingga pos pertama, rombongan masih berjalan dengan irama yang sama, sehingga kami masih bisa beristirahat bersama di pos pertama. Kecuali mbak May yang berjalan bersama cici dan sudah berpesan dari awal untuk tidak ditunggui, karena takut merusak flow jalan yang lain. 

Dari pos pertama hingga selanjutnya, para peserta mulai berjalan dengan flow jalan masing-masing. Tapi masih berpapasan di tiap pos peristirahatan. Kecuali mbak May, mbak Citra, dan Ika yang berjalan selow di belakang membuat kloter sendiri ditemani seorang guide. Cici sendiri akhirnya digendong oleh porter. Karena berjalan dengan irama yang berbeda, rombongan datang berbeda-beda di Laban rata. Di kloter depan, saya dan dinna adalah yang berjalan paling belakang. Begitu  laban rata sudah mulai terlihat, Sekitar pukul 17.30, saya dan dinna malah memilih berhenti lama di jalur, berbaring di sebuah batu besar. Seperti biasa, bermalas-malasan, haha. A personal way of enjoying the trip. Kalo kata mbak H, "mendaki itu kayak meditasi, mana bisa ngerasain nikmatnya kalau buru-buru".

Pukul 18.00 kami segera menuju Laban rata dan mendapati teman-teman sudah berkumpul di meja makan, bahkan belum berganti pakaian. 

Di laban rata, makanan disajikan secara prasmanan. Untuk makan malam disajikan mulai pukul 17.00 hingga 19.30. Semacam siapa cepat dia dapat. Pukul 19.30 restoran sudah ditutup. Karenanya, para pendaki sudah harus sampai di Laban Rata sebelum pukul 19.30. Untungnya ketika kami datang makanan masih banyak. Khawatir pada kloter belakang yang masih belum sampai, kami menyisihkan makanan untuk mereka dan menyimpannya di kamar. (Tapi sepertinya ke khawatiran kami berlebihan, karena makanan yang kami simpan jumlahnya tidak rasional untuk 3 orang, bahkan untuk orang yang kelaparan sekalipun). 

Laban rata adalah bangunan yang terbuat dari kayu, terdiri atas 2 lantai. Dilantai satu terdapat beberapa kamar dan restoran. Diluar restoran terdapat beranda yang cukup besar dengan pemandangan disamping kiri adalah jalur batu menuju puncak kinabalu dan ke depan pemandangan terbuka kebawah.  Perfect place to catch the sunset. 

Kami mendapatkan satu kamar di lantai satu dan satu kamar di lantai dua. Untuk lantai satu kami mendapatkan kamar ekslusif dengan kamar mandi di dalam. Wohh.  Sayangnya saya terlambat datang, karena ternyata stok air panasnya tebatas. Dan akhirnya saya nekat mandi dengan air dingin malam itu (kapan lagi coba mandi di 3272 mdpl?). Tidak usah saya ceritakan rasanya seperti apa.

Pukul 7 kloter kedua datang, Alhamdulillah rombongan sudah lengkap.  Pukul delapan semua orang segera berganti pakaian dengan pakaian tidur.  Para guide mengajak kami briefing singkat sebentar sebelum tidur. Perjalanan besok hari akan dimulai pukul tiga, dan kami akan dibangunkan pukul dua. Para guide menegaskan bahwa ada check point untuk pendakian menuju puncak ini. Dan jika  ada yang tidak sampai di cek point sebelum waktu yang ditentukan, mau tidak mau kami harus turun.  Kami mengiyakan. Mbak May yang membawa cici menyampaikan bahwa dia hanya akan naik sampai semampunya cici. Juga Ika yang sedang bermasalah dengan tulang belakangnya.

Pukul Sembilan kami segera menuju kamar untuk beristirahat. Pertama kali seumur hidup saya merasakan makan enak sampai kenyang, tidur nyaman dikamar dengan kasur dan selimut, dan listrik sebelum pendakian menuju puncak.

(bersambung)

Tulisan sebelumya pada "Catatan Perjalanan Kinabalu (Hari Pertama)"

Catatan Perjalanan Kinabalu (Hari Pertama)

Kamis 6 Juni 2013

Perjalanan ke Kinabalu adalah perjalanan kedua saya bersama mbak-mbak KMPA ladies. Agak sedikit lebih keren daripada pendakian pertama kami, karena kali yang kedua ini naik gunungnya nyebrang negara :p.

Perjalanan dimulai pada hari kamis, 6 Juni 2013. Meeting point keberangkatan adalah bandara soetta terminal 3, pada  jam 17.00 wib. Pesawat kami menuju Kinabalu pada pukul 20.00 wib menggunakan maskapai Air Asia , satu-satunya pesawat direct flight kesana dari Jakarta. Tiket pesawat ini sudah kami pesan dari 6 bulan sebelum perjalanan, dengan harga 723.000 IDR

Sekitar  pukul 18.00 semua peserta sudah berkumpul di terminal 3, yang tentu saja segera menjadi pusat perhatian orang-orang. Sekumpulan wanita cantik (abaikan) yang mayoritas emak-emak dengan bawaan kerir-kerir dan daypack macho. Yang paling fenomenal tentu saja tetap adalah teman cantik saya, neng yositalida. Yang datang dengan tas jepit cantik, sepatu cantik, dan jilbab ala hijaber sambil membawa kerir yang ukurannya paling besar diantara semua peserta. “Naik gunung juga harus tetap cantik cynnn”, motonya.




Jakarta-Kinabalu berjarak tempuh 2 jam perjalanan udara, karena terdapat perbedaan waktu satu jam, kami sampai di Kinabalu pada pukul 11.00 pm waktu sana. Disana kami dijemput oleh transportasi yang disediakan oleh hostel tempat kami akan menginap malam itu, bunibon lodge. Transportasi ini adalah fasilitas tambahan dengan biaya terpisah dengan biaya penginapan. Untuk penginapan semalam di bunibon lodge ditambah dengan airport pickup total untuk 11 orang ini kami mengeluarkan biaya 345 MYR atau sekitar 120.000 IDR/orang. 


Pukul 12.00 kami sampai di penginapan.  Pengalaman pertama saya menginap di hostel. (karena biasanya selalu numpang nginep dirumah teman yang ada di daerah destinasi, atau sosped cari tumpangan ke penduduk lokal, atau tidur di terminal, haha). Hostel ini terdiri atas 2 lantai. Lantai pertama adalah frontdesk dan kasir, tempat tinggal keluarga pemilik, beberapa kamar inap dan ruang santai serta dapur dibagian belakangnya. Sementara lantai 2 adalah kamar-kamar hostel dengan sebuah ruang duduk kecil dibagian tengahnya. Kamarnya kecil, tapi cukup layak untuk tidur. Satu kamar beisi 3 ranjang bertingkat untuk 6 orang. Kamar mandi di luar dan digunakan bersama. Agak bau, tapi karena sedang mode koboy dan toh cuma menginap semalam kami tidak terlalu perduli. Ada godaan impulsif untuk merasakan atmosfer malam kota tersebut, tapi karena besok harus berangkat pagi ide tersebut kami skip. Setelah beres-beres sebentar dan sesi krim malam para emak-emak ("tunggu deh nanti kalo kalian udah kepala tiga",-mbak H dan mbak Ni'ma) semua orang segera beristirahat. 

(Bersambung)

N.B :
Catatan perjalanan ini dibuat untuk memenuhi janji saya untuk membuat catatan perjalanan berbulan-bulan yang lalu. Maafkan heu.

Tulisan lainnya :


The Pursuit of Perfect Omelet


Getting obsessed about making a perfect milk cheese omelet. 
That is the umpteenth experiment, still failed thought. Ha ha. 
Don't worry, me haven't give up yet.