Kamis, 31 Januari 2013
Selasa, 29 Januari 2013
Filosofi Rendang
B: ul..rendang ul
Sy : ogah, capek bikinnya semaleman, beli aja di warung padang
B : ah..katanya cewe minang..masa ndak bisa bikin rendang
Sy: Bodo, ga sebanding tau effort masaknya sama lama makannya , kan ga efisien
B: Rendang itu banyak sisi filosofisnya ul, kebudayaan minang itu tercermin dan berevolusi dalam rendang itu
Sy : Coba jelasin
B : lho..budaya gotong royong. Ga mungkin sendiri bikin rendang,matrileneal, cuma cewe-cewe minang yang bisa bikin pas (kesabaran, keuletan, kekuatan, konsistensi, kematangan). Identitas minang, setiap acara di Minang pasti ada rendang. Dan sebagainya
Sy :... wah .hebat!Habis baca apa km?
B: hasil meditasi sambil ngunyah rendang
*hasil cheting sm teman setengah jenius setengah gila di grup whatsapp, yang baru pulang berlibur dari kampung si saya*
*diketik di jam-jam super ga kondusif ketika bapak-bapak bergosip hal-hal terkait rumah tangga*
Kamis, 24 Januari 2013
Rabu, 16 Januari 2013
Selasa, 15 Januari 2013
Random People, Random Time, Random place
Sabtu minggu lalu kami –saya dan
teman-teman di teras-, secara mendadak mendapat misi dari salah seorang
senior, mbak May, menemani temannya kemping dan jalan-jalan di daerah
Bandung Selatan.
“Tamunya berempat, satu cewek tiga cowok. Ada anaknya Surya Paloh juga loh”, begitu informasi tambahan dari si Mbak.
Dan teman-teman pun langsung excited mendengarnya.Saya cuma senyam-senyum melihat ke-excited-an teman-teman saya sementara si otak skeptis saya menterjemahkan informasi tersebut dengan kalimat, “Oh, anak pejabat”. – if you know what I mean.
Tapi tamu tetaplah tamu, melayani dengan sebaik-baiknya tanpa melihat
latar belakang adalah komitmen kami *iklan murahan, haha*. Meeting pointnya di Ranca Upas setelah
jam makan siang, kami berangkat lebih pagi untuk menyiapkan tenda dan
makanan. Si saya sedang sibuk memotong-motong daging ketika mereka
datang , bau amis dengan tampang semrawutan belum mandi, dengan ga tau
malunya berkenalan dengan mereka satu-persatu. Yang perempuan namanya
Uns, lalu ada mas Ade, mas Yogas, dan mas Sigit (melihat perawakan
tampaknya sih sudah seharusnya saya panggil mas). Melihat sekilas
tampaknya sudah jauh lebih senior daripada saya. 2000 awal mungkin.
To be honest, selain image
anak pejabat, sebenarnya gambar yang muncul dikepala saya adalah
sekumpulan pekerja ekslusif Jakarta yang sedang menghilangkan penat ke
desa. Si suara hati langsung meledek saya begitu saya berkenalan dengan
mereka,”judgementalmu nak”. Kesan pertama
kepribadian-kepribadian yang ada dihadapan saya saat itu jauh dari apa
yang saya bayangkan, mereka hangat dan ramah, walaupun tidak (belum)
banyak berbincang. Uns yang lebih banyak memperkenalkan diri, dia
sendiri ternyata adalah anak Teknik Perminyakan 2002, dulu pernah
sekantor dengan mbak May. Saya hanya sebentar mengobrol dan lalu kembali
ke tenda DU, Dani dan Dadan kemudian mengantarkan mereka berkeliling.
Mereka kembali ke camp setelah magrib, dan saya masih
bersikutat dengan daging dan bumbu-bumbu masakan bersama Epin dan Dom di
tenda DU. Begitu sampai mereka langsung duduk dengan baik didepan api
unggun yang dibuatkan oleh Dani dan Dadan menunggu kami selesai memasak
tanpa rewel, sambil memainkan gitar dan bernyanyi.
Dan ketika mereka mulai memainkan gitar
didepan api unggun itu, perhatian saya tersedot total oleh mereka.
Permainan gitar dan suara ketiga lelaki itu, hmmmm, extraordinary, unusual,
untuk orang-orang biasa. Magnet yang lebih kuat lagi, pilihan-pilihan
lagu yang mereka mainkan. Mereka memainkan lagu-lagu band Indi
bandung-Jakarta, Float, sore dan ada beberapa lagu yang tidak saya
kenali, mereka juga memainkan Agaestis Bryjun-nya Sigur Ros.
Tumben-tumbenan saya bertemu orang yang sama suka dengan jenis-jenis
musik seperti itu, di tempat serandom itu pula.
Kesempatan berbincang-bincang akhirnya ada setelah makan selesai dan semua orang berkumpul di depan api unggun. Dari obrolan diawal dan joke-joke internal mereka, saya simpulkan bahwa mereka adalah para pekerja yang memiliki nyambi bernyanyi. Dan ternyata benar. Dari obrolan selanjutnya saya tahu bahwa Yogas, yang duduk paling pojok, lulusan Informatika STT Telkom 2002, pekerjaan pertama karyaman di sebuah perusahaan IT di Jakarta dan pekerjaan kedua bernyanyi (atau kebalik?). Di sebelahnya Sigit, pekerjaan pertama jurnalis, pekerjaan kedua bernyanyi. Pertanyaan-pertanyaan saya berhenti di mas Ade. Karena dari tadi dia tidak banyak berbincang, saya pun sungkan bertanya.
Kesempatan berbincang-bincang akhirnya ada setelah makan selesai dan semua orang berkumpul di depan api unggun. Dari obrolan diawal dan joke-joke internal mereka, saya simpulkan bahwa mereka adalah para pekerja yang memiliki nyambi bernyanyi. Dan ternyata benar. Dari obrolan selanjutnya saya tahu bahwa Yogas, yang duduk paling pojok, lulusan Informatika STT Telkom 2002, pekerjaan pertama karyaman di sebuah perusahaan IT di Jakarta dan pekerjaan kedua bernyanyi (atau kebalik?). Di sebelahnya Sigit, pekerjaan pertama jurnalis, pekerjaan kedua bernyanyi. Pertanyaan-pertanyaan saya berhenti di mas Ade. Karena dari tadi dia tidak banyak berbincang, saya pun sungkan bertanya.
Setelah beberapa saat, Uns berinisiatif memperkenalkan mas Ade kepada kami.
“ Kalo yang ini, penyanyi beneran nih, udah punya band, namanya SORE..”
….
Dan hingga sekarang saya menyesali kenapa ekspresi pertama saya yang muncul adalah,
“Seriusan?”
Yang lain lalu tertawa, menertawakan
ekpresi saya, dan menertawakan mas Ade yang terlihat “risih”, karena
merasa “dikenali”. Sore adalah sebuah band di Jakarta. Tidak banyak muncul di tv, tetapi bagi yang doyan dengan
band-band Indi mestinya tahu. Saya diperkenalkan pada lagu mereka oleh
seorang teman dulu dan langsung jatuh cinta. Saya bukan artis maniac
sih, tapi kalo tiba-tiba orang yang karyanya saya kagumi ada didepan
saya, kaget adalah reaksi pertama paling normal yang saya lakukan. Dan
informasi ini malah membuat saya semakin sungkan ngobrol sama mas ade ,
pertama takut dibilang sok kenal kalo kebanyakan nanya, kedua takut
terlalu excited dan ketauan noraknya =))
Dan saya lalu menyesali kenapa saya
nge-judge terlebih dahulu sebelum saya bertemu mereka. Orang-orang ini
menarik sekali dan ternyata saya menyukai mereka – diluar fakta bahwa
salah satu dari mereka adalah artits ya, – dan anak pejabat . :p
Pertama orang-orang yang masih menyisakan
waktu untuk mengerjakan hobi mereka di sela-sela pekerjaan bagi saya
adalah orang yang patut dikagumi. Saya sendiri masih dalam tahap mencoba
untuk berkomitmen yang sama, bekerja ,mengaplikasikan ilmu untuk
memenuhi keinginan satu bagian diri saya, sambil tetap mengerjakan hobi,
untuk memenuhi keinginan satu bagian diri yang lain, dan kalau bisa
menghasilkan uang, hehe. Tidak mudah, tapi syukurnya sampai saat ini
tekad saya masih sama, walaupun grafiknya naik turun. Mungkin, tanpa
saya sadari saya mencari-cari role model. Karenanya orang yang berhasil
melakukan hal yang sama langsung terlihat keren dimata saya. :p
Kedua, saya melihat mereka sebagai tipikal
orang-orang yang ingin berkarya dan ingin karya-karyanya dikenali orang
lain, tetapi menghindari sebisa mungkin euforia popularitas yang pasti
menyertai begitu karya-karyanya dikenal orang lain. Dewasa. Orang-orang
seperti itu sangat menyenangkan.
Seketika malam itu menjadi menyenangkan
sekali, , disuguhi live show di alam bebas seperti itu, dan dihibur
dengan perbincangan mereka yang acak dan kocak tetapi tetap “berisi”,
walaupun angin Bandung Selatan dan langit tidak bersahabat. Si saya
tidak banyak berbincang, lebih banyak memperhatikan setelahnya,
sesekali menimpali. Rasa-rasanya seperti kembali ke jaman awal kuliah
dulu ketika saya dengan setia memperhatikan kakak-kakak senior saya
berbincang di depan api unggun.
Perbincangan bertahan hingga larut malam,
ketika akhirnya persediaan kayu bakar habis, kami masuk ke tenda
masing-masing. Sesekali saya terbangun dan masih ada yang berbincang di
tenda sebelah. “Wah orang-orang gila juga ini sih”. Kami berpisah siang
menjelang makan siang, perpisahan yang hangat. Dalam 2 hari kami
mendapatkan 4 teman baru yang menyenangkan.
Saya tersenyum-senyum kecil mengingat
pertemuan saya dengan orang-orang itu dalam perjalanan pulang ke Jakarta
malam itu, lucu sekali bagaimana kita bisa bertemu-temu dengan orang
yang tidak kita sangka, ditempat yang tidak disangka-sangka, diwaktu
yang tidak disangka-sangka.
Saya tidak percaya kebetulan. Saya
percaya bahwa untuk setiap orang yang kita temui, setiap pertemanan yang
kita buat, dalam waktu sesingkat apapaun, ada pesan yang
diselipkan Tuhan didalamnya.Apa?Saya belum tahu keseluruhannya. Untuk
saat ini,yang saya tahu, mungkin, agar saya belajar untuk tidak
men-judge orang seenaknya hanya dari sepotong informasi. Mungkin.
Dan semua kebetulan-kebetulan ini
memberikan saya semangat lebih saat itu. Siapa tahu apa yang akan
terjadi dan pengalaman apa yang kita alami besok?Hidup menyimpan banyak
sekali rahasia, dan itu menyenangkan. :)
Kamis, 10 Januari 2013
A Very Good Beginning
Agaetis byrjun
Bjartar Vonir Rætast
Er Við Göngum Bæinn
Brosum Og Hlæjum Glaðir
Vinátta Og Þreyta Mætast
Höldum Upp Á Daginn
Og Fögnum Tveggja Ára Bið
Fjarlægur Draumur Fæðist
Borðum Og Drekkum Saddir
Og Borgum Fyrir Okkur
Með Því Sem Við Eigum Í Dag
Setjumst Niður Spenntir
Hlustum Á Sjálfa Okkur Slá
Í takt við tónlistina
Það Virðist Enginn Hlusta
Þetta Er Allt Öðruvísi
Við Lifðum Í Öðrum Heimi
Þar Sem Vorum Aldrei Ósýnileg
Nokkrum Dögum Síðar
Við Tölum Saman Á Ný
En Hljóðið Var Ekki Gott
Við Vorum Sammála Um Það
Sammála Um Flesta Hluti
Við Munum Gera Betur Næst
Þetta Er Ágætis Byrjun
Er Við Göngum Bæinn
Brosum Og Hlæjum Glaðir
Vinátta Og Þreyta Mætast
Höldum Upp Á Daginn
Og Fögnum Tveggja Ára Bið
Fjarlægur Draumur Fæðist
Borðum Og Drekkum Saddir
Og Borgum Fyrir Okkur
Með Því Sem Við Eigum Í Dag
Setjumst Niður Spenntir
Hlustum Á Sjálfa Okkur Slá
Í takt við tónlistina
Það Virðist Enginn Hlusta
Þetta Er Allt Öðruvísi
Við Lifðum Í Öðrum Heimi
Þar Sem Vorum Aldrei Ósýnileg
Nokkrum Dögum Síðar
Við Tölum Saman Á Ný
En Hljóðið Var Ekki Gott
Við Vorum Sammála Um Það
Sammála Um Flesta Hluti
Við Munum Gera Betur Næst
Þetta Er Ágætis Byrjun
I've
already love this song by Sigur Ros long before, for the good music he
composed and magnetic voice he have, but never I tried to understand the
lyric. And my friend send this song in twitter *as if on the radio :p *
and he also twote the tittle meaning : "A very good beginning" . And
then I began feeling curious for the whole lyric meaning, so I google
it. Here the meaning of the song. *Actually I don't need to write it
down since you can googling it your self easily, haha*
Good Start
Bright hope is true
Bright Town
As We Walk Downtown
Meet friends and Fatigue
We Celebrate The Day
A Two Year Wait
Distant dream is born
Eat and drink filled
And Pay For Ourselves
With Everything We Have Today
We Sit Down Excited
and Listen To Ourselves Play In Rhythm
In tune with music
No One Seems To Listen
This Is Completely Different
We Lived In Another World
Where We Were Never Invisible
A Few Days Later
We Speak Again
But The Sound Was not Good
and We Were All In Agreement
in Agreement About Most Things
We'll Do Better Next Time
but This Is a Good Start
Such a spirit-booster!so so soooooo beauty. And I'm falling in love deeper to Sigur Ros.
My
friend send this song for us, his partners in Teras Nusantara *I've
already told about Teras Nusantara in previous post, have you read it?
:) *. He must be in a really good spirit that he want to share it with
us. He got reason. Teras Nusantara show a really good progress since the
first time we work on it, we got a lot of request this month and some
people give attention to what we do and offer their help to us. Things not only happen good for Teras Nusantara, but also for us, the person who run it, good things happen to us. Like universe show us the way to pursue our dream. This is a good optimistic start for us, I hope that this very good
beginning continue onwards. :)
Rabu, 02 Januari 2013
Highheels Jahanam
Saya beritahu anda bagaimana cara bekerja highheel dan kenapa benda ini menjadi salah satu properti utama benda kecantikan saat ini :
Arsitektur highheel membuat penggunanya berada dan bertahan dalam posisi menjinjit (tumit naik keatas). Posisi seperti ini otomatis akan membuat punggung berdiri tegak, yang dalam hal ini merupakan posisi yang bagus dan enak dilihat. Posisi seperti ini juga membuat otot paha, betis, dan bokong mengencang, sehingga tentu saja membuat penggunanya terlihat lebih "seksi", yang demi kesopanan dan memudahkan pemasaran, diperhalus menjadi kata "cantik". Nah, wanita mana yang tidak mau terlihat "cantik"?
Tapi tentu saja ada harga yang harus di bayar untuk hal ini : betis, paha, dan punggung yang tegang setengah mati, belum lagi bula-bula atau lecet-lecet karena sepatu tidak cocok, beruntung jika tidak sampai mengalami varises.Sounds unlogic? Sayangnya, tidak ada logika yang perlu digunakan dalam hal ini, kami para manusia dengan kromosom xx, dilahirkan dengan insting untuk tampil "cantik" dan "menarik". Dan percayalah, wahai kaum adam, wanita rela melakukan banyak hal dan menahan berbagai penderitaan-penderitaan demi sebuah kata "cantik", bukan masalah, demi sebuah perasaan tampil "cantik" dan "menarik". Beautiful is pain,yes. We all accept this is as ultimate way to look fabulous.
Sayangnya, saya tidak bisa tidak terpengaruh dengan konsep ini. Gen XX dalam dna saya membuat ide "harus" terlihat cantik menguasai otak saya dengan sangat mudah. Bisa ditebak kelanjutannya, meskipun kaki lecet-lecet betis tegang, setiap kali saya jalan ke toko sepatu, tetap saja saya yang menarik perhatian saya adalah etalase yang memajangkan sepatu dengan hak bersenti-senti.
foto dari www.saatini.com
Sayangnya, saya tidak bisa tidak terpengaruh dengan konsep ini. Gen XX dalam dna saya membuat ide "harus" terlihat cantik menguasai otak saya dengan sangat mudah. Bisa ditebak kelanjutannya, meskipun kaki lecet-lecet betis tegang, setiap kali saya jalan ke toko sepatu, tetap saja saya yang menarik perhatian saya adalah etalase yang memajangkan sepatu dengan hak bersenti-senti.
The idea about beautiful is really silly but we accept it.
In spite of all, saya masih bisa menahan rasa nyeri ini. Yang bikin saya super keki adalah ketika keadaan mengharuskan saya untuk bergerak cepat sementara sepatu-sepatu ini tidak bisa diajak bekerja sama. Tampaknya saya harus belajar banyak pada para wanita di film-film eksyen bagaimana bergerak cepat, berkelahi dan berlari kencang dengan sepatu belasan centi mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)