***
Topik kedua : Bagaimanakah keadaan yang ideal untuk seseorang
menikah?
Kata Ibuk saya, saya ga boleh nikah kalo belum
kerja, apalagi kalo pasangan saya belum mapan. Biar saya mengancam bunuh diri
sekalipun kalo ga dibolehin nikah, Si Ibuk tetap ga akan ngasih izin dalam
keadaan seperti itu.
Beberapa orang tua menyaratkan anaknya udah
harus mapan jika ingin menikah, dengan parameter mapan yang bervariasi : sudah
punya pekerjaan; sudah punya rumah dan pekerjaan;sudah punya punya mobil dan
pekerjaan ; sudah punya rumah , mobil , dan pekerjaan.
Tapi, banyak juga yang tidak menjadikankan kemapanan
secara materi sebagai parameter ideal untuk menikah. Misalnya, asalkan agama
anaknya dan si pelamaranaknya sudah cukup kokoh, atau asal menunjukkan niat
yang kuat, atau parameter perilaku misalnya.
Kok malah bahas orang tua sih?emang yang mau
nikah orang tua?
Kenapa saya memulai dengan membahas
itu, karena di Indonesia peran orang tua sangat berpengaruh dalam proses si anak untuk
mendapatkan pasangan bersurat izin ini. Lebih spesifik lagi, pendapat orang tau
berpengaruh banyak dalam keputusan yang diambil anak terkait memilih pasangan.
* talking generally* .Super-super jarang proses pernikahan yang berjalan mulus
begitu saja saat orang tua tidak setuju akan pernikahan ini. Sama seperti
memilih usia nikah. Dipikir-pikir lagi, secara keseluruhan,wajar saja jika
pendapat kita tentang pernikahan tentu terpengaruh dengan keadaan keluarga,
karena saat seseorang memutuskan akan memulai sebuah keluarga, normalnya tempat
pertama seseorang akan mencoba berefleksi adalah keluarganya.
Jadi saya menyimpulkan, keadaan yang ideal untuk seseorang menikah,di Indonesia secara umum, adalah ketika
dia sudah berada dalam zona aman expektasi keluarga.
***
Topik ketiga : bagaimana kita tau bahwa seseorang itu
jodoh kita atau bukan?
Ada yang single dan galau sepanjang waktu
bertanya-tanya kapan ketemu jodohnya, ada yang single dan yakin jodoh akan datang
pada waktunya,ada yang single karena masih belum bisa
menentukan seperti apa orang yang dia inginkan untuk berada disampingnya.
Ada yang pacaran, tetapi situasi yang berjalannya pun beragam. Ada yang yakin sekali si pacar bakal menjadi pasangan seumur hidupnya, ada
yang mulai mempertanyakan dan bingung buat apa dia masih menjalankan hubungan
pacaran itu, ada yang tidak memiliki target apa-apa-dijalanin dulu aja, biar Tuhan
yang nentuin.Macam-macam.
Ada juga yang memilih proses perjodohan, atau taaruf untuk mendapatkan pasangan.
Hmm.Ada orang yang sudah pacaran
bertahun-tahun, lalu putus dan akhirnya menikah dengan seseorang yang baru
dekat sebentar.Ada yang pacaran bertahun-tahun lalu akhirnya menikah dan
menjadi pasangan happily ever after. Ada yang menikah, punya anak,bahagia
beberapa waktu, lalu bercerai,beberapa tetap melajang setelahnya, banyak yang
menikah lagi. Ada yang sangat bahagia dengan pasangannya, tetapi ternyata tidak
diberi jatah waktu banyak oleh Tuhan untuk menikmati kebahagiaan itu.Ada yang
lajang seumur hidupnya.
Banyak cerita beredar
mengenai urusan jodoh ini. Tapi disini saya hanya berpendapat sebagai orang yang hanya melihat dari pengalaman orang lain, bukan pengalaman saya.Pendapat saya, jodoh adalah rahasia Tuhan yang
misterius dan indah. Kita tidak tahu bagaimana cara kerjanya, pendapat
saya pasti mengenai hal ini, saya tidak berniat mempertanyakannya. Siapapun
yang akan menjadi pendamping saya atau apakah saya akan mendapatkan pasangan di
Dunia atau tidak, itu urusan Tuhan, saya hanya berdoa yang terbaik, dan saya
yakin memang Dia selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya, bukan begitu? :) Jadi pendapat saya, mari tidak galau yang bukan pada tempatnya. :D
***
Topik keempat, dan yang paling konfrontatif :
"seberapa pentingkah bagi seseorang memiliki pasangan hidup?Bagaimana jika seseorang memutuskan untuk menjalani hidup sebagai single?"
Akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya :D. *masih dalam beberapa hari ke depan*