Susah sekali meyakinkan si ibuk bahwa tujuan perjalanan saya
ke Sebatik adalah untuk bekerja, bukan jalan-jalan. Mungkin bunda tercinta sudah terlalu yakin
anaknya yang satu ini kerjaannya maen-maen mulu.
Padahal tujuan saya kesana benar-benar untuk bekerja (nyambi jalan-jalan tapi,hehe).Pekerjaan saya dan partner selama di sebatik adalah mengukur dan mengambil beberapa data yaitu : nilai beberapa parameter kualitas air di beberapa titik sampel sepanjang pesisir pulau, data perikanan dan budidaya, keadaan ekosistem mangrove dan terumbu serta data-data sekunder tentang transportasi laut diperairan pulau ini. Data-data ini nantinya digunakan untuk kebutuhan zonasi pesisir perbatasan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, ga ada elektro-elektronya :D.
Syukurnya, pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama berkegiatan diorganisasi pencinta alam kampus sangat banyak membantu ketika harus terjun ke lapangan dan berinteraksi dengan komunitas atau masyarakat baru. Untuk hal-hal yang berbau keteknisan biologi saya serahkan sepenuhnya kepada partner, si saya jadi pembantu umum sahaja.hehe.
Hari pertama kami mengumpulkan data-data sekunder dari kantor-kantor kecamatan, syahbandar, dan pelabuhan-pelabuhan, juga melakukan observasi visual untuk bentang alam. Pulau sebatik tidak terlalu besar, kami selesai mengitari pulau dan mengambil data-data yang dibutuhkan dalam satu hari. Populasi pulau juga tidak terlalu besar, sebagian besar terpusat didaerah sebatik tengah, kebanyakan penduduk adalah Melayu dan Bugis. Logat dan kosakata bahasa penduduk sehari-hari terdengar seperti bahasa sulawesi di telinga saya, tapi ternyata berbeda. Sebagian besar arsitektur rumah disini berbentuk rumah panggung dari kayu, khas desa nelayan. Penghasilan utama masyarakat pulau ini dari menangkap ikan , berkebun sawit dan cokelat, dan budi daya.
Padahal tujuan saya kesana benar-benar untuk bekerja (nyambi jalan-jalan tapi,hehe).Pekerjaan saya dan partner selama di sebatik adalah mengukur dan mengambil beberapa data yaitu : nilai beberapa parameter kualitas air di beberapa titik sampel sepanjang pesisir pulau, data perikanan dan budidaya, keadaan ekosistem mangrove dan terumbu serta data-data sekunder tentang transportasi laut diperairan pulau ini. Data-data ini nantinya digunakan untuk kebutuhan zonasi pesisir perbatasan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, ga ada elektro-elektronya :D.
Syukurnya, pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama berkegiatan diorganisasi pencinta alam kampus sangat banyak membantu ketika harus terjun ke lapangan dan berinteraksi dengan komunitas atau masyarakat baru. Untuk hal-hal yang berbau keteknisan biologi saya serahkan sepenuhnya kepada partner, si saya jadi pembantu umum sahaja.hehe.
Hari pertama kami mengumpulkan data-data sekunder dari kantor-kantor kecamatan, syahbandar, dan pelabuhan-pelabuhan, juga melakukan observasi visual untuk bentang alam. Pulau sebatik tidak terlalu besar, kami selesai mengitari pulau dan mengambil data-data yang dibutuhkan dalam satu hari. Populasi pulau juga tidak terlalu besar, sebagian besar terpusat didaerah sebatik tengah, kebanyakan penduduk adalah Melayu dan Bugis. Logat dan kosakata bahasa penduduk sehari-hari terdengar seperti bahasa sulawesi di telinga saya, tapi ternyata berbeda. Sebagian besar arsitektur rumah disini berbentuk rumah panggung dari kayu, khas desa nelayan. Penghasilan utama masyarakat pulau ini dari menangkap ikan , berkebun sawit dan cokelat, dan budi daya.
Dermaga TNI AL
Perbatasan Timur Selatan
Pantai sepi berasa milik pribadi haha
Pekerjaan hari kedua adalah sampling ukuran kualitas air
dengan beberapa parameter disepanjang pesisir pulau. Untuk kegiatan ini kami
menyewa sebuah speedboat, ditemani oleh seorang bapak baik hati dari pegawai
dinas perikanan, pak orin dan bang heru, nelayan sebatik.
Surveyor Centil
Rencana awal mulai gerak jam 6 pagi tertunda karena hujan
semalam membuat gelombang masih besar hingga pagi. Akhirnya kami bergerak jam
setengah delapan. Tapi ternyataaaaa, berangkat jam segitupun ombak masih besar,
apalagi karena menggunakan speedboat yang kecil, gelombang jadi lebih terasa. Setiap
kali berhenti untuk mengukur, si perahu bergoyang kesana kemari dengan indahnya
mengocok-ngocok perut. (Malam sebelumnya saya dan dinna berdiskusi panjang
lebar apakah hari itu akan berpuasa, ato mencoba berpuasa hingga kemampuan, ato
ga puasa sama sekali. Akhirnya setelah mencari masukan dari sana-sini dan
berdasarkan saran dari beberapa sumber yang dapat dipercaya, kami ga
puasa,karena pekerjaan yang cukup berat.hehe.)
Dalam 10 menit pertama perjalanan saya dengan suksesnya
mengeluarkan semua sarapan pagi itu kelaut. Pemberitahuan saudara-saudara, rasa
campuran susu dan roti yang setengah tercerna benar-benar tidak enak. 5 menit
kemudian menyusul dinna ikut-ikutan mabuk laut. Beberapa saat kemudian saya
kembali memuntahkan sisa-sisa isi perut saya, yang cuma tinggal cairan saja.
Dan dinnapun melanjutkan mabok ronde duanya beberapa saat setelah saya. 2-2,
Haha. Tapi setelah semua isi perut dikeluarkan, si perut rasanya plong sekali.
Sebenarnya selain karena hujan dari semalam, badai di laut
selatan saat ini memberikan pengaruh banyak pada tinggi gelombang di Indonesia
bagian timur sini. Jadi ombak memang sedang tinggi-tingginya, apalagi kami
memulai perjalanan dari perairan yang
berhadapan langsung dengan laut luas. Karena gelombang tidak menunjukkan gejala
membaik, Bapak orin memaksa untuk menunda pengukuran hari ini. Tapi dengan
sedikit bujuk-membujuk saya berhasil membujuk pak orin dan mas heru untuk tetap
melanjutkan perjalanan mengikuti garis dalam perairan. Hamdalah, begitu
memasuki perairan bagian barat gelombang sudah bersahabat. Pengukuran bisa
berjalan normal kembali. Ketika diperairan barat, sempat ada lumba-lumba muncul
selintas dipermukaan, sayang sekali cuma bang Heru yang melihat. Ternyata
perairan sebatik juga menjadi perlintasan lumba-lumba.wahhhhh.
Kami sampai di perbatasan barat , desa bambangan pukul 01.00
lalu beristirahat sebentar disana. Lalu kembali kesungai nyamuk menyisiri
pesisir pulau bagian dalam, karena lebih dekat kami bisa memperhatikan daerah
pinggir dengan lebih detail.
Sebenarnya ketika ditawari proyek ini, yang terbayang di kepala saya
adalah Indonesia Timur dengan pasir putih dan laut biru yang eksotis. Sayangnya
saya belum seberuntung itu. Perairan dipulau sebatik tidak terlalu bagus, sebagian
besar pesisir ditutupi hutan mangrove, ato tebing tanah. Hanya sedikit sekali
bagian pesisir pulau ini yang berbentuk pantai. Dibeberapa tempat, perairan
mengalami pendangkalan hingga jarak ratusan meter kelaut membuat airnya keruh
kecokletan karena bercampur lumpur. Tapi perairan ini melimpah dengan hasil
lautnya. Pemandangan menarik adalah, terrdapat banyak sekali dermaga-dermaga
kecil disepanjang pesisir. Setiap desa pesisir memiliki dermaga. Istilah yang
digunakan penduduk sini yaitu jembatan. Rumah-rumah yang berada diatas bibir
pesisir terhubung oleh jembatan-jembatan ini.
Hari itu kami kembali ke hotel dengan baju basah kuyup, badan
super pegel-pegel dan muka terbakar tapi hati senang.
Hari ketiga kami mengukur keadaan ekosistem mangrove. Kami mengukur di dua titik sampel. Pekerjaan hari itu di Sebatik sudah beres sebelum zuhur. Lalu kami langsung melanjutkan ke nunukan untuk mengambil beberapa data di kantor perikanan Nunukan, tapi jam kantor sudah habis ketika kami sampai di Nunukan. Malam itu kami menginap di Nunukan. Kembali ke kantor tersebut besok paginya, dan akhirnya berhasil mendapatkan data yang dibutuhkan setelah sebelumnya mesti menghadapi sekretaris dinas yang super cerewet masalah birokrasi dan menganggap kami anak ingusan tidak mengerti prosedur.Huks,ya sudah, yang penting data dapat, pekerjaan kami untuk pengumpulan data selesaiiii. Alhamdulillah.Kami langsung berangkat ke Tarakan siang itu dengan speed boat, pesawat kami untuk pulang ke Bandung besok harinya jam 6 pagi dari bandara Tarakan.Hore, puyangggg. :D
Desa Nelayan
Muara Sungai
Dalam perjalanan pulang, bang Heru membawa perahu dengan
kecepatan maksimal , sesekali manuver ekstrim untuk menghindari ombak besar,
sukses membuat adrenalin saya melunjak dan baju basah kayap oleh cipratan ombak.
Super menyenangkan. Haha. Membuat saya memikirkan kemungkinan untuk belajar
mengendarai speed boat. Kami memasuki daerah sungai nyamuk ketika matahari
tenggelam.
Bener deh, langit sore musim
panas memang dimana-mana selalu cantik.
Hari ketiga kami mengukur keadaan ekosistem mangrove. Kami mengukur di dua titik sampel. Pekerjaan hari itu di Sebatik sudah beres sebelum zuhur. Lalu kami langsung melanjutkan ke nunukan untuk mengambil beberapa data di kantor perikanan Nunukan, tapi jam kantor sudah habis ketika kami sampai di Nunukan. Malam itu kami menginap di Nunukan. Kembali ke kantor tersebut besok paginya, dan akhirnya berhasil mendapatkan data yang dibutuhkan setelah sebelumnya mesti menghadapi sekretaris dinas yang super cerewet masalah birokrasi dan menganggap kami anak ingusan tidak mengerti prosedur.Huks,ya sudah, yang penting data dapat, pekerjaan kami untuk pengumpulan data selesaiiii. Alhamdulillah.Kami langsung berangkat ke Tarakan siang itu dengan speed boat, pesawat kami untuk pulang ke Bandung besok harinya jam 6 pagi dari bandara Tarakan.Hore, puyangggg. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar