Kamis, 12 Juli 2012

Curhatan konsumen kereta ekonomi

Tiket kereta ekonomi sekarang sudah tidak lagi dijual seperti tiket lotere -selalu ada selama masih ada yang mau beli-. Pihak PJKA memperlakukan kebijakan baru untuk penertiban, jumlah tiket kereta yang dijual tidak boleh melebihi daya tampung normal si kereta. Kereta ekonomi tidak boleh lagi over capacity. Demi transportasi public yang lebih nyaman dan aman, -tentu saja merupakan hal baik.

Walhasil sekarang kereta ekonomi menjadi lebih manusiawi.Tidak ada lagi tumpukan manusia, atau barang, dilorong kereta, di samping luar lokomotif, mepet di pintu,diatap (?) atau di wc. Manusia pada tempatnya, barang pada tempatnya, dan wc pun kembali pada kegunaan aslinya. Selain itu, pengantar hanya boleh mengantar mengantar sampai pintu peron. Jadi peron kereta api tidak lagi mirip pasar lelang ikan. 

Tapi, peraturan baru tidak disertai dengan penambahan unit kereta atau gerbong baru. Kapasitas baru yang lebih terbatas dengan jumlah penggunanya yang masih sama artinya, tiket kereta tidak lagi mudah di dapat. Orang-orang rebutan dulu-duluan membeli tiket (p.s : tiket kereta sudah dapat dibeli H-30 keberangkatan). Motonya siapa cepat dia cepat.Jangan berharap masih bisa mendapatkan kereta ekonomi jika anda memesannya kurang dari satu semingu jadwal keberangkatan anda.

Bagi orang-orang (saya), yang doyannya berkeluyuran dari satu kota ke kota lain tapi kemampuan dompet terbatas, keadaan baru ini artinya musibah. Tidak ada lagi jalan-jalan impulsif mendadak tanpa rencana keluar kota. Tidak ada ruang untuk moto “The plan is no plan”. Well, oke, ini penyesalan yang sangat egois, hanya memikirkan kebutuhan pribadi saya. Jadi abaikan saya.

Tapi, ada beberapa golongan yang benar-benar membutuhkan kereta ekonomi ini, -dan bukan sekedar untuk memenuhi hasrat jalan-jalan murah meriah-, ada beberapa golongan yang lebih merasakan dampak kebijakan baru ini.Sebutlah golongan pekerja perantau dengan penghasilan yang tak terlalu berlebihan, atau pelajar dengan uang saku pas-pasan, yang ingin pulang kekampung halaman untuk kebutuhan yang benar-benar penting. Sedihnya lagi, menurut rumor-rumor yang ada, jatah tiket yang tersedia ternyata banyak diborong oleh calo.Yucks.

Untuk masalah calo-percaloan ini, pihak PJKA sepertinya sudah memikirkan solusi. Menurut rumor-rumor yang beredar (lagi), kedepannya regulasi penjualan tiket kereta mirip seperti tiket pesawat, jadi si pemegang tiket harus bisa menunjukkan kartu identitas dengan nama yang sama dengan yang tertera pada tiketnya. Tapi sampai saya menulis ini, si peraturan baru sekedar rumor. Nah jika peraturan ini jadi diperlakukan, semoga praktek calo-percaloan ini dapat ditekan. (Masih bisa diakalin sih sebenarnya, people always find a way to break a rule, really.Tapi seenggaknya dapat diminimalkan).

Peraturan lain yang rencananya akan segera diterapkan adalah tidak ada lagi boleh penjual yang naik dan berkeliaran digerbong kereta api. Untuk peraturan yang ini saya tidak terlalu bahagia. Walaupun bagus untuk penertiban, tapi tidak menguntungkan bagi para penjual itu , kereta ekonomi itu adalah tempat mencari nafkah. Kalo ibarat daerah, mereka penduduknya, yang sehari-harinya hidup dikereta. Bertahun-tahun memenuhi kebutuhan hidup mereka dari penghasilan yang mereka dapat dari hasil jual beli diatas kereta.

Sedikit opini serius dari saya, setiap regulasi tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan.Harapan saya standar saja.Birokat terkait mempertimbangkan dengan bijaksana aturan-aturan baru yang akan mereka keluarkan, mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan, memikirkan kemaslahatan semua golongan konsumen, dan menyediakan solusi. Klise sekali ya harapan saya.Semoga dimaklumi, status saya masih warga negara kelas tiga yang masih mengantungkan hidup dengan orang tua ,yang hanya bisa beropini, belum bisa berkontribusi nyata untuk Negara. B)

Out of the topic, bagi saya sendiri, dan beberapa orang yang saya kenal dengan pendapat yang sama, kereta ekonomi lebih dari sekedar alternatif transportasi murah meriah. Kereta ekonomi memiliki balada tersendiri, laboratorium kehidupan, sebuah cuplikan kehidupan nyata sehari-sehari sebagian golongan penduduk bangsa ini yang belum cukup beruntung untuk bisa memilih alternatif transportasi yang lebih baik. Menarik, pada satu sudut pandang. Ironis, pada sisi yang berlawanan. Saya sebenarnya ingin menyajikan sepenggal cerita dari laboratorium kehidupan ini. Tapi tidak sekarang, I must already make you bore with my long long long crap words . :)

Tidak ada komentar: