Tampilkan postingan dengan label ga penting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ga penting. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Maret 2013

Sudah kubilang padamu, jangan percaya pada hujan

Aku hujan
Yang selalu membuatmu tergoda dengan tarian pelan-pelanku
Melenggok anggun 
Menatapmu dari ujung kelopakku
Dan aku mengerti betapa kamu kedinginan
Karenanya kuundang kamu berdansa, dan memelukku, dan mengecupku

Dan tiap kali kamu akan mengecupku
Aku lalu berderai, menjadi butir
Mengalir,
Di helai-helai rambutmu
Dipelupuk matamu
Disela-sela jarimu

Kamu hujan
Yang selalu menggodaku setiap turunmu
Lalu kamu menari dengan langkah-langkah perkasamu
Menatapku dari ujung kelopakmu
Dan kamu ucap, "apakah kamu kedinginan?"
Lalu kamu mengundangku berdansa, untuk memelukmu, dan mengecupmu

Tapi tiap kali aku akan mengecupmu
Kamu lalu berderai, menjadi butir
Dan mengalir
Di helai-helai rambutku
Dipelupuk mataku
Disela-sela jariku


P.S : 
Jangan percaya pada apapun yang muncul dihatimu saat hujan tiba,
jangan.

P.P.S :
Writing a poem isn't as easy as it used to be.Guess I spending too much time with bunch of hexanumbers.I'm enjoying being The Now Me, but sometimes, I couldn't help miss The Old Me. Life always happen like that,eh?

Rabu, 02 Januari 2013

Highheels Jahanam

Saya beritahu anda bagaimana cara bekerja highheel dan kenapa benda ini menjadi salah satu properti utama benda kecantikan saat ini :

Arsitektur highheel membuat penggunanya berada dan bertahan dalam posisi menjinjit (tumit naik keatas). Posisi seperti ini otomatis akan membuat punggung berdiri tegak, yang dalam hal ini merupakan posisi yang bagus dan enak dilihat. Posisi seperti ini juga membuat otot paha, betis, dan bokong mengencang,  sehingga tentu saja membuat penggunanya terlihat lebih "seksi", yang demi kesopanan dan memudahkan pemasaran, diperhalus menjadi kata "cantik". Nah, wanita mana yang tidak mau terlihat "cantik"?

Tapi tentu saja ada harga yang harus di bayar untuk hal ini : betis, paha, dan punggung yang tegang setengah mati, belum lagi bula-bula atau lecet-lecet karena sepatu tidak cocok, beruntung jika tidak sampai mengalami varises.Sounds unlogic? Sayangnya, tidak ada logika yang perlu digunakan dalam hal ini, kami para manusia dengan kromosom xx, dilahirkan dengan insting untuk tampil "cantik" dan "menarik". Dan percayalah, wahai kaum adam, wanita rela melakukan banyak hal dan menahan berbagai penderitaan-penderitaan demi sebuah kata "cantik", bukan masalah, demi sebuah perasaan tampil "cantik" dan "menarik". Beautiful is pain,yes. We all accept this is as ultimate way to look fabulous.

foto dari www.saatini.com

Sayangnya, saya tidak bisa tidak terpengaruh dengan konsep ini. Gen XX dalam dna saya membuat ide "harus" terlihat cantik menguasai otak saya dengan sangat mudah. Bisa ditebak kelanjutannya, meskipun kaki lecet-lecet betis tegang, setiap kali saya jalan ke toko sepatu, tetap saja saya yang menarik perhatian saya adalah etalase yang memajangkan sepatu dengan hak bersenti-senti.

The idea about beautiful is really silly but we accept it.

In spite of all, saya masih bisa menahan rasa nyeri ini. Yang bikin saya super keki adalah ketika keadaan mengharuskan saya untuk bergerak cepat sementara sepatu-sepatu ini tidak bisa diajak bekerja sama. Tampaknya saya harus belajar banyak pada para wanita di film-film eksyen bagaimana bergerak cepat, berkelahi dan berlari kencang dengan sepatu belasan centi mereka.



Kamis, 15 November 2012

Binatang Peliharaan

Saya pernah memelihara berbagai jenis binatang, dulu, waktu saya kecil. Macam-macam jenisnya : kucing, anjing, ayam, ikan, burung. Diantara semua yang paling tahan lama (catatan : kepergian bisa karena kehabisan nafas atau kabur, atau dibuang ibuk), adalah kucing.

Dulu kata ibuk saya sayang sekali sama kucing, seingat saya juga begitu. Kami berbagi tempat tidur dan selimut. Mungkin karena saya tidak punya adik atau teman sebaya yang bisa diajak main dirumah. Tiap pagi si kucing bergelung diatas selimut dikaki saya. Tiap pagi kucing yang bersangkutan dimarahin ibuk. Saya punya banyak sekali kucing, ending kisah mereka dengan saya macam-macam : mati karena memang sudah usianya, mati tertabrak, dibuang ibuk, atau kawin lari dengan kucing lain. Setelah saya kuliah dan berteman dekat dengan cewek biologi yang sangat aware dengan keberadaan makluk mikro bernama virus dan bakteri yang ada disekitar kita yang menurutnya sangat membahayakan manusia, dan rambut kucing adalah rumah yang sangat nyaman untuk makluk-makluk mikro itu, saya tertular paranoianya. Sekarang rasa takut saya terhadap makluk mikro ini mengalahkan rasa sayang saya, saya berpikir berkali-kali sebelum memegang kucing.

Saya pernah punya anjing.Taukah kalian betapa lucu dan menyenangkannya anjing itu?Scala 0-10, saya beri 12. Tapi dibuang ibuk, karena suka jilat-jilat barang di halaman belakang.Najis katanya, repot ngebersihinnya. Huks. Saya tidak mengerti kenapa makluk semenyenangkan itu dikategorikan najis.

Saya juga pernah memelihara anak ayam. Mati duluan sebelum gede, keseringan dipegang. Lalu merpati, tapi kabur dari kandang.Masuk smp saya memutuskan tidak lagi memelihara binatang.

SMA kelas 2 seorang teman memberi saya anak kucing. Warnanya emas. Lucu sekali, matanya biru. Pertama diberikan si kucing berkutu banyak sekali. Saya jadi punya ritual baru waktu itu, memandikan kucing dan membersihkan tempat pupnya. Sungguh dia lucu sekali. Suatu sore ketika pulang sekolah saya mendapati dia lemas tak bergairah. Semua jenis makanan yang disodorkan tidak disentuh, malam harinya ada busa-busa disudut mulutnya. Saya suapkan susu dan memastikan dia tetap hangat malam itu. Besok paginya dia cukup membaik, senang. Sore sepulang sekolah, saya mendapati dia kaku dibalik pintu dapur. Mengingatnya masih membuat saya berkaca-kaca hingga saat ini.

Di awal saya mengontrak rumah bersama De-Te, niat untuk memelihara binatang muncul kembali.tetapi si home mate tidak setuju sama sekali. Menurut dia mengurung binatang disebuah tempat bernama kandang adalah dosa terbesar umat manusia. Saya diijinkan memelihara binatang jika dan hanya jika binatang tersebut tidak dikandangin, dan tidak dalam masuk daftar hewan terancam punah. Penyu dicoret dari daftar. Beruang kutub juga, tidak butuh larangan untuk mengetahui bahwa ini memang tidak mungkin, Kuskus. Larangan berikutnya adalah binatang berbulu. Kucing, Anjing, Marmut, Kelinci.Tidak.

Akhirnya pilihan yang ditinggalkan adalah memelihara ikan.Tapi apa lucunya memelihara ikan? Tidak bisa dielus, tidak bisa diajak main, tidak bisa diapa-apakan. Memandanginya malah menimbulkan efek lapar.

Sampai sekarang saya tidak memelihara binatang apapun. Dipikir-pikir lagi, saya memang belum punya kapasitas untuk itu. Dan demi kebaikan makluk hidup lain, sepertinya keinginan memelihara binatang saya harus ditahan dulu sementara waktu.

Sekian.