Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 05 Oktober 2012

Why trekking?

I just had had this short conversation with a friend in twitter, bhara, and I was in my way, trekked to Ranu Kumbolo in the next weekend , with him and our friend Aini. People lilkely name it impulsive.




We arrived in the evening, the fog just down and nothing can be seen, so we built our tent, cooked, and then chose to just stay in the tent. Read together a book, "Buku Pintar", which Bhara had bought in the train only 5k IDR from "pedagang kereta". So after five hours trekking, all that we got was the knowledge about what kodhesi or adhesi is.And what is the deepest or the longest lake in the world. Such thing like that. Great.

And then, the night came.I knew that it was summer and the night air would be so frozen but I never thought that it would be that FROZEN. I couldn’t sleep. Chilled , even the sleepingbag couldn’t help. Stay woke all night looking at my watch, over and over, thought that the pointer had no move even for a tick.

I kept looking at the two guys beside me, and thought ,”how come they sleep that easy in this frozen damn air?”

I changed my sleep position countless times. And then I gave up, whispered to aini, that sleep right beside me.
Me : “ssss..Ai..ai..aiii”
Aini : “yeah..?”
Me : “You can sleep..?”
Aini : “ You think?”
Me : “ Thanks goodness, I Think I’m the only one that can’t go sleep”

And then another sound responded. Bhara. He slept in the other side of tent.

Bhara : “If you use sleepingbag can’t sleep, how can I use nothing can sleep?”
Me : “I don’t know, some people just have a miracle skill to sleep no matter how extreme the condition is”
Aini : “What time is it?”
Me : “12.30, damn, It’s still midnight”

Yes, that was still 4-5 hours before the sun rises and we couldn’t slept at all. Somehow we wondered that morning wouldn’t came.

Me : “Why we do this?”
Bhara : “What?”
Me : “ To trekking for hours, make our self tired, just to sleep in a tent, and then can’t sleep in the night because the air to damn frozen to breath”

We laughed. None of us had the answer that night. Why we did such thing without reason. Perhaps, the frozen air just frozen our brain that we couldn't think. Finally we got slept, almost morning. I woke in the morning, then.It 5 am. But I seen that its already bright out there. 

This what I first saw that morning :


And here the view after a couple minutes and sun rose,


 oh.MYGODNESS. Such a feeling came into my mind. I was feeling like cry.
This kind of view doesn't appear every morning in front of you.

And then Aini asked me,
" So now, you,  get why we do this ?"


And then me answer,
"Yes, I do"

Senin, 24 September 2012

Kabut Kerontang


Embun Beku



Waktu terbaik untuk melakukan perjalanan ke gunung adalah saat musim panas. Selain terhindar dari hujan dan badai, kita bisa mendapatkan foto-foto dengan cahaya dan langit terbaik. 
Tapi tentu saja ada konsekuensinya, pagi hari yang lebih dingin. 
Suhunya cukup membuat embun-embun mengkristal ditiap tempat beradanya.

Terima Kasih


Kamu itu terkadang menyebalkan.
Tapi sedikit waktu bercengkerama selalu menghapus semua rasa kesal.
Terima kasih, untuk waktu dan cerita yang dibagi.  :)

Selasa, 11 September 2012

Karimun Jawa


Salah satu tempat yang akan saya rekomendasikan kalau seseorang menyebutkan pantai untuk adalah Karimun Jawa. Jangan membayangkan suasana yang sama dengan di pantai-pantai di Pulau Bali atau Gili-gili di Lombok yang sudah didesain sedemikian rupa, untuk menarik turis asing. Jalan-jalan dipulau ini kecil, dengan aspal yang belum sempurna tetapi dengan tata pemukiman yang rapi, rumah-rumah dengan arsitektur sederhana,. Kapal-kapal nelayan bertebaran di pinggiran pantai. Jadi jangan berharap akan menemukan kafe , coffe shop, atau restoran mewah. Ada beberapa resort dan hotel, tapi tidak terlalu banyak.

Kata yang saya gunakan untuk mendeskripsikan pulau ini yaitu : Original. Atmosfer nya benar-benar khas pulau-pulau kecil Indonesia. Tapi ibarat gadis, pulau ini tidak perlu berusaha terlalu keras untuk mempercantik diri demi menarik perhatian orang, sudah cantik dari lahirnya. 

Keunggulan utamanya tentu saja keindahan bawah lautnya, selain pantai-pantai putih bersih dengan suasana yang khas. Sebagai nilai tambah, keramahan penduduknya. Dua kali kedatangan saya ke pulau ini, saya masih saja terkesan dengan keramahan dan ketulusan apa adanya penduduk pulau ini. Walaupun semakin terkenal kesininya, penduduk pulau ini tidak terkena virus matrealistis yang sering merusak penduduk-penduduk penghuni daerah wisata. Saya mengagumi mereka untuk hal ini.

Banyak paket-paket wisata yang disediakan untuk anda yang berminat ke pulau ini (silahkan browsing di internet). Tapi menurut saya, untuk lebih merasakan sensasi “keoriginalan” desa ini, cobalah mengatur perjalanan sendiri.Tidak terlalu susah, karena akomodasi pulau ini sudah cukup lengkap dan memadai. Ajak beberapa teman anda untuk meminimalkan biaya perjalanan. Berikut  beberapa informasi dasar yang bisa digunakan :

Transportasi

Ada 3 alternatif kapal dari dan ke Karimun Jawa

1.Kapal muria
  • Harga tiket :  31.000 (one way)
  • Lama perjalanan : +/- 6 jam
  • Jadwal 
             Jepara - karimun jawa  : senin rabu sabtu (berangkat jam 08.00 wib)
             karimun jawa -jepara    : selasa kamis minggu (berangkat jam 10.00 wib)

2.Kapal Bahari express
  • Harga tiket : 84.000
  • Lama perjalanan  +/- 2 jam
  • Jadwal
             Jepara-Karimun jawa : senin (10.30),  selasa (10.30), jumat (14.00) sabtu (10.30)
             Karimun jawa-jepara : senin (13.00), rabu (10.30),  sabtu (08.00), minggu (14.00)

3. Kapal kartini express

Untuk kapal yang ini saya ga tahu harganya, hehe (coba tanya mbah google) Keberangkatan dari semarang setiap sabtu (09.00) wib dan senin (07.00 wib). Untuk keberangkatan kembali menuju semarang dari karimun setiap hari minggu (13.00 wib) dan Selasa (11.00 wib).

Penginapan

Mayoritas penginapan dipulau ini adalah tipe homestay. Harganya variatif, mulai dari 5 digit hingga enam digit per ruangan. Untuk tipe homestay, biasanya tidak terlalu dibatasi jumlah penghuni dalam satu kamar, karenanya semakin banyak anggota rombongan, dan selama anda tidak keberatan tidur beramai-ramai dalam satu ruangan, biaya yang harus anda keluarkan untuk penginapan tidak akan terlalu banyak. Untuk yang lebih mengutamakan privasi, ada juga hotel dan resort. (Ga pernah nyoba juga, dan gatahu harganya, mbah google pasti lebih tahu ,hehe). Tapi buat anda yang tidak hanya ingin melihat keindahan bawah laut tapi juga merasakan atmosfer desanya, saya lebih menyarankan homestay. Jika punya waktu lebih, bisa mencoba mengikuti aktivitas sehari-hari mereka, anda akan merasakan pengalaman yang berbeda.

Transportasi di pulau

Penting untuk diketahui, disana ga ada angkot ato kopaja, adanya becak kayuh, jalur terbatas, Pelabuhan- kota Karimun dan sekitar kota. Untuk menuju ke pusat desa dari pelabuhan yang jaraknya sekitar 1 km, tarifnya sekitar 10 ribu ( update terakhir saya mei 2012). Kalau ingin mengelilingi pulau, anda dapat menyewa sepeda kayuh atau sepeda motor. Tarifnya  50K/ hari untuk sepeda kayuh, dan 75K/ hari untuk sepeda motor. 

Karimun jawa memiliki banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, pulau-pulau kecil inilah yang biasanya menjadi tujuan utama wisatawan. Jika tidak menggunakan jasa agen wisata, anda bisa menyewa perahu untuk menuju pulau-pulau ini. Tarifnya beragam tergantung jarak pulau yang dituju. Untuk penyewaan perahu perhari harganya mulai dari 250K. Kapasitas perahu hingga belasan orang. Tapi penting untuk membawa guide, untuk menghindari tempat-tempat yang berbahaya dan mendapatkan rekomendasi tempat snorkeling/diving yang bagus.

Penyewaan Alat


Ada banyak tempat penyewaan alat snorkeling dan diving di desa ini, jadi tidak perlu khawatir buat yang malas repot bawa-bawa alat. Untuk yang menggunakan jasa agen wisata, tentu saja sudah disediakan oleh agennya.

Demikian beberapa informasi dasar yang saya coba rangkumkan. Semoga membantu! :)





Horizon


Pulau Menjangan Besar, Karimun Jawa
April 2012

Jumat, 07 September 2012

Kaluak Paku

 Kaluak paku kaca balimbiang
Tampuruang lenggang lenggokan
Bawo manurun ka Saruaso
Tanam siriah jo gagangnyo
Anak dipangku kamanakan di bimbiang
Urang kampuang dipatenggangkan
Tenggang nagari jan binaso
Tenggang sarato jo adatnyo


Kaluak paku adalah nama salah satu motif ukiran dalam adat Minang Kabau. Berasal dari motif gulungan (kelukan/kaluak) pada ujung tanaman pakis (paku) yang masih muda.
 

Arti filosofis 
 *dirangkum dari beberapa sumber sekunder

Pengertian harfiah tersurat pada kaluak paku berarti gelung tanaman pakis yang memiliki keindahan dan kedinamisan.

Arti tersirat, menggambarkan sifat kodrati manusia. Pucuk paku pada awal pertumbuhannya melingkar kedalam, yang kemudian akhirnya tumbuh melingkar kearah luar.Begitu juga manusia, yang pada tahap awal mengenal dirinya terlebih dahulu sebelum melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungannya. Juga tersirat makna pentingnya instrospeksi ;bergelung kedalam lebih dahulu, setelah itu barulah bergelung kearah luar. Koreksi kesalahan sendiri , setelah itu baru layak mengoreksi kesalahan orang lain.

Motif ini sebagai llambang tanggung jawab seorang lelaki dalam adat Minangkabau kepada generasi penerus, sebagai ayah dari anak-anaknya dan sebagai mamak dari kemenakan (keponakan).

Up in the Air

Saya selalu memesan bangku didekat jendela kalo menggunakan pesawat, alasannya agak-agak norak sih, biar bisa liat pemandangan diluar :p

Waktu favorit saya adalah pagi atau malam.penerbangan pagi hari, kalau kita cukup beruntung mendapatkan cuaca cerah, diatas sana bisa menikmati pemandangan permukaan awan yang disinari cahaya matahari pagi kekuningan.Menurut saya sih super-super indah. Saya membayangkan stuktur awan-awan itu pejal seperti di Neverland-nya peterpan, dan saya bisa loncat-loncat disana.hihi.


Cahaya diatas sana juga (dalam pandangan visual saya) berbeda dengan cahaya dipermukaan sini, membuat efek berkilau pada objek yang disinarinya, beda dengan efek cahaya di bawah sini (sotoy-sotoyan aja sih, :-P )


Untuk penerbangan malam hari, saya menyenangi pemandangan city light saat baru take off dan akan landing. Sayang saya belum punya kamera dengan kapasitas yang bisa diandalkan saat gelap, untuk sementara puas dengan hasil ini saja.hihi.


Untuk penerbangan disiang hari walaupun tidak terlalu spesial, tapi tidak buruk juga, setidaknya bisa melihat mengamati persebaran pemukiman dan struktur geografis daerah dari ketinggian, cukup menarik loh.


Kamis, 23 Agustus 2012

Journey to the northeast (3-cerita dari perbatasan).

Kalau kita berdiri diperbatasan timur Sebatik, maka kita dapat melihat kota Tawau Malaysia. Dari kejauahan dapat terlihat kota Tawau yang ramai dengan gedung-gedung tingginya. Perbandingan yang miris dengan jika dibandingkan dengan keadaan dipulau Sebatik dengan fasilitas yang masih pas-pasan.

Otomatis otak si saya mengaitkan keadaan ini dengan isu mengenai perbatasan pulau  sebatik yang memanas beberapa tahun belakangan.

Di Sebatik, Hampir semua hasil bumi penduduk dijual kedaerah tawau dalam bentuk  mentah. Harga jual barang-barang mentah ini lebih tinggi dan biaya operasionalnya pun lebih rendah jika harus dijual ke pedagang Indonesia, karenanya penduduk Sebatik lebih senang menjual ke daerah Tawau. Apalagi karena didaerah perbatasan aturan perdagangan yang berlaku yaitu hukum perdagangan perbatasan, jadi mereka tidak terlalu ribet dengan birokrasi eksport-import. Bahan mentah yang dijualbelikan dikepulauan Sebatik sendiri biasanya adalah barang-barang yang ditolak di kota Tawau karena kualitas rendah.  
Untuk belanja kebutuhan sehari-haripun, ternyata masyarakat lebih senang berbelanja ke kota tawau. Dengan membayar hanya 100k untuk melintasi perbatasan, mereka dapat berhari-hari di Tawau dan berbelanja kebutuhan dengan harga yang lebih murah jika mereka belanja ke Tarakan atau Nunukan misalnya.Dan jarak transportasi juga lebih dekat.

Beberapa fakta lain seperti, berlakunya mata uang Ringgit di pulau ini, ato tenaga kerja dari sebatik yang digunakan di Tawau tanpa aturan ketengakerjaan antarnegara, dari satu sudut pandang terlihat menganggu integritas bangsa.  

Tapi dari sudut pandang berbeda, dari beberapa golongan penduduk, isu perbatasan ini dianggap terlalu dilebih-lebihkan oleh media, pemerintah dipusat ribut sendiri sementara keadaan dipulau mereka menurut mereka masih kondusif. Keadaan ini dianggap bentuk simbiosis mutualisme.
Keadaan yang terasa aneh juga ketika saya memasuki kota Nunukan. Ternyata pembangunan di pulau Nunukan sudah jauh lebih maju daripada di pulau Sebatik, walaupun tidak semegah kota Tawau,  jalan-jalannya lebar dan bagus, dan gedung-gedung pemerintahannya pun cukup besar. Pusat kotanya ramai, banyak penginapan-penginapan mewah di sini. Perbandingan yang tidak adil dengan keadaan di pulau Sebatik. Sama-sama pulau perbatasan tetapi dengan keadaan yang jauh bserbeda. Padahal antara Nunukan dan pulau Sebatik hanya berjarak 15 menit penyebrangan.

Dengan perbandingan-perbandingan seperti ini, cara pandang beberapa golongan warga tadi jadi terlihat logis, dengan perhatian dan fasilitas minim yang diberikan dari pemerintah kabupaten Nunukan ataupun pemerintah pusat, ya wajar-wajar saja warga lebih memihak pada keadaan yang mereka anggap lebih menguntungkan bagi mereka saat ini. 
Saya kemudian malu karena saya tidak aware dengan permsasalahan ini hingga saya berada disini. Saya tidak benar-benar mengerti negara saya sendiri. Pelajaran terbesar yang saya dapat dari perjalanan ke timur selatan ini, bahwa kita harus terus-terusan memperluas wawasan kita tentang Indonesia. Indonesia itu kaya sekali, benar-benar kaya, tapi jika kita bahkan tidak benar-benar tau apa saja yang sebenarnya kita miliki, lalu bagaimana kita akan menjaganya? Jadi jangan sekedar mengutuk-ngutuk negara tetangga maling, tanpa menyadari bahwa kita tidak benar-benar menjaga apa yang kita miliki.

Journey to the northeast (2- Work Hard, Play Hard)

Susah sekali meyakinkan si ibuk bahwa tujuan perjalanan saya ke Sebatik adalah untuk bekerja, bukan jalan-jalan. Mungkin bunda tercinta sudah terlalu yakin anaknya yang satu ini kerjaannya maen-maen mulu.

Padahal tujuan saya kesana benar-benar untuk bekerja (nyambi jalan-jalan tapi,hehe).Pekerjaan saya dan partner selama di sebatik adalah mengukur dan mengambil beberapa data yaitu : nilai beberapa parameter kualitas air di beberapa titik sampel sepanjang pesisir pulau, data perikanan dan budidaya, keadaan ekosistem mangrove dan terumbu serta data-data sekunder tentang transportasi laut diperairan pulau ini. Data-data ini nantinya digunakan untuk kebutuhan zonasi pesisir perbatasan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, ga ada elektro-elektronya :D. 

Syukurnya, pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama berkegiatan diorganisasi pencinta alam kampus sangat banyak membantu ketika harus terjun ke lapangan dan berinteraksi dengan komunitas atau masyarakat baru. Untuk hal-hal yang berbau keteknisan biologi saya serahkan sepenuhnya kepada partner, si saya jadi pembantu umum sahaja.hehe.

Hari pertama kami mengumpulkan data-data sekunder dari kantor-kantor kecamatan, syahbandar, dan pelabuhan-pelabuhan, juga melakukan observasi visual untuk bentang alam. Pulau sebatik tidak terlalu besar, kami selesai mengitari pulau dan mengambil data-data yang dibutuhkan dalam satu hari. Populasi pulau juga tidak terlalu besar, sebagian besar terpusat didaerah sebatik tengah, kebanyakan penduduk adalah Melayu dan Bugis. Logat dan kosakata bahasa penduduk sehari-hari terdengar seperti bahasa sulawesi di telinga saya, tapi ternyata berbeda. Sebagian besar arsitektur rumah disini berbentuk rumah panggung dari kayu, khas desa nelayan. Penghasilan utama masyarakat pulau ini dari menangkap ikan , berkebun sawit dan cokelat, dan budi daya.



Dermaga TNI AL 


 Perbatasan Timur Selatan


Pantai sepi berasa milik pribadi haha

 Pekerjaan hari kedua adalah sampling ukuran kualitas air dengan beberapa parameter disepanjang pesisir pulau. Untuk kegiatan ini kami menyewa sebuah speedboat, ditemani oleh seorang bapak baik hati dari pegawai dinas perikanan, pak orin dan bang heru, nelayan sebatik.
 

Surveyor Centil

 Rencana awal mulai gerak jam 6 pagi tertunda karena hujan semalam membuat gelombang masih besar hingga pagi. Akhirnya kami bergerak jam setengah delapan. Tapi ternyataaaaa, berangkat jam segitupun ombak masih besar, apalagi karena menggunakan speedboat yang kecil, gelombang jadi lebih terasa. Setiap kali berhenti untuk mengukur, si perahu bergoyang kesana kemari dengan indahnya mengocok-ngocok perut. (Malam sebelumnya saya dan dinna berdiskusi panjang lebar apakah hari itu akan berpuasa, ato mencoba berpuasa hingga kemampuan, ato ga puasa sama sekali. Akhirnya setelah mencari masukan dari sana-sini dan berdasarkan saran dari beberapa sumber yang dapat dipercaya, kami ga puasa,karena pekerjaan yang cukup berat.hehe.)

Dalam 10 menit pertama perjalanan saya dengan suksesnya mengeluarkan semua sarapan pagi itu kelaut. Pemberitahuan saudara-saudara, rasa campuran susu dan roti yang setengah tercerna benar-benar tidak enak. 5 menit kemudian menyusul dinna ikut-ikutan mabuk laut. Beberapa saat kemudian saya kembali memuntahkan sisa-sisa isi perut saya, yang cuma tinggal cairan saja. Dan dinnapun melanjutkan mabok ronde duanya beberapa saat setelah saya. 2-2, Haha. Tapi setelah semua isi perut dikeluarkan, si perut rasanya plong sekali. 

Sebenarnya selain karena hujan dari semalam, badai di laut selatan saat ini memberikan pengaruh banyak pada tinggi gelombang di Indonesia bagian timur sini. Jadi ombak memang sedang tinggi-tingginya, apalagi kami memulai perjalanan dari perairan  yang berhadapan langsung dengan laut luas. Karena gelombang tidak menunjukkan gejala membaik, Bapak orin memaksa untuk menunda pengukuran hari ini. Tapi dengan sedikit bujuk-membujuk saya berhasil membujuk pak orin dan mas heru untuk tetap melanjutkan perjalanan mengikuti garis dalam perairan. Hamdalah, begitu memasuki perairan bagian barat gelombang sudah bersahabat. Pengukuran bisa berjalan normal kembali. Ketika diperairan barat, sempat ada lumba-lumba muncul selintas dipermukaan, sayang sekali cuma bang Heru yang melihat. Ternyata perairan sebatik juga menjadi perlintasan lumba-lumba.wahhhhh.

Kami sampai di perbatasan barat , desa bambangan pukul 01.00 lalu beristirahat sebentar disana. Lalu kembali kesungai nyamuk menyisiri pesisir pulau bagian dalam, karena lebih dekat kami bisa memperhatikan daerah pinggir dengan lebih detail.

Sebenarnya ketika ditawari proyek ini, yang terbayang di kepala saya adalah Indonesia Timur dengan pasir putih dan laut biru yang eksotis. Sayangnya saya belum seberuntung itu. Perairan dipulau sebatik tidak terlalu bagus, sebagian besar pesisir ditutupi hutan mangrove, ato tebing tanah. Hanya sedikit sekali bagian pesisir pulau ini yang berbentuk pantai. Dibeberapa tempat, perairan mengalami pendangkalan hingga jarak ratusan meter kelaut membuat airnya keruh kecokletan karena bercampur lumpur. Tapi perairan ini melimpah dengan hasil lautnya. Pemandangan menarik adalah, terrdapat banyak sekali dermaga-dermaga kecil disepanjang pesisir. Setiap desa pesisir memiliki dermaga. Istilah yang digunakan penduduk sini yaitu jembatan. Rumah-rumah yang berada diatas bibir pesisir terhubung oleh jembatan-jembatan ini.




Desa Nelayan

Muara Sungai

 Dalam perjalanan pulang, bang Heru membawa perahu dengan kecepatan maksimal , sesekali manuver ekstrim untuk menghindari ombak besar, sukses membuat adrenalin saya melunjak dan baju basah kayap oleh cipratan ombak. Super menyenangkan. Haha. Membuat saya memikirkan kemungkinan untuk belajar mengendarai speed boat. Kami memasuki daerah sungai nyamuk ketika matahari tenggelam.




 Bener deh, langit sore musim panas memang dimana-mana selalu cantik.

Hari itu kami kembali ke hotel dengan baju basah kuyup, badan super pegel-pegel dan muka terbakar tapi hati senang.

Hari ketiga kami mengukur keadaan ekosistem mangrove. Kami mengukur di dua titik sampel. Pekerjaan hari itu di Sebatik sudah beres sebelum zuhur. Lalu kami langsung melanjutkan ke nunukan untuk mengambil beberapa data di kantor perikanan Nunukan, tapi jam kantor sudah habis ketika kami sampai di Nunukan. Malam itu kami menginap di Nunukan. Kembali ke kantor tersebut besok paginya, dan akhirnya berhasil mendapatkan data yang dibutuhkan setelah sebelumnya mesti menghadapi sekretaris dinas yang super cerewet masalah birokrasi dan menganggap kami anak ingusan tidak mengerti prosedur.Huks,ya sudah, yang penting data dapat, pekerjaan kami untuk pengumpulan data selesaiiii. Alhamdulillah.Kami langsung berangkat ke Tarakan siang itu dengan speed boat, pesawat kami untuk pulang ke Bandung besok harinya jam 6 pagi dari bandara Tarakan.Hore, puyangggg.  :D