Kamis, 02 Juni 2011

Dieng Plateau (Part 1-Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama)

Ada beberapa kota yang membuat saya jatuh hati padanya hanya dalam beberapa jam saya menginjakkan kaki ditanahnya.Atmosfer udaranya terasa akrab dan menghadirkan rasa nyaman, dan kota-kota ini membuat saya ingin untuk kembali kesana lain waktu.

Malang untuk udara yang sejuk seperti bandung tetapi dengan versi yang lebih rapi tanpa macet, Bali untuk mataharinya dan untuk tiap aspek kehidupannya yang dihiasi seni dan aroma liburan yang terasa dimana-mana,dan jogja untuk keramahan penduduknya dan gaya hidup sederhana yang menyenangkan. Dan satu lagi kota masuk dalam daftar saya, saat ini Dataran Tinggi Dieng.

dan yap, hanya dalam satu jam saya berada di daerah ini. saya langsung memutuskan,saya jatuh hati!

Referensi tentang daerah ini pertama kali saya dapatkan ketika turun dari gunung sindoro yang berada dikota wonosobo,kota yang berjarak 46 km dari Dieng. Sang penjaga gunung menanyakan tujuan kami selanjutnya lalu menawarkan perjalanan ke Dieng , sayang waktu itu kami terburu waktu. Dan promosi sang penjaga gunung membuat saya mencatat dieng sebagai tempat yang harus saya kunjungi suatu saat nanti.Beberapa waktu belakangan juga ada rekan yang sedang gencar mempromosikan Dieng sebagai salah satu tempat wisata, promosi yang menarik dan membuat saya semakin ingin ke sana.
Dan akhirnya saya mengunjungi tanah Dieng pada tanggal 26 Mei kemarin  (finally).

Point positif pertama yang muncul:

Udara yang sejuk dan tentu saja seperti kebanyakan daerah wisata di  Indonesia, like we all know,bentangan alam yang indah.

Dieng adalah dataran dengan rata-rata ketinggian 2000 mdpl. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Kalo musim kemarau (biasanya juli dan agustus), suhu udara pagi bahkan dapat mencapai  0 °C di pagi hari. Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif. Kawah tersebar di banyak titik, dan sebagian besar diantaranya adalah kawah aktif.Potensi ini dimanfaatkan oleh pertamina untuk membuat pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Selain dari pariwisata, mata pencaharian masyarakat daerah sini adalah bertani dengan hasil utamanya adalah kentang.Saat mengelilingi kota dieng, kita bisa melihat pertanian kentang dimana-mana.

Saya hanya menghabiskan sehari didaerah ini,bukan waktu yang lama, tetapi  cerita-cerita disampaikan oleh guide kami selama menemani perjalanan dan berinteraksi dengan masyarakat  walaupun tidak banyak, dan kesimpulan yang akan saya sampaikan ketika bercerita pada orang lain :

Masyarakat yang menjaga orisinalitas, arif terhadap lingkungan dan warisan budayanya, menjaga orisinalitas, dan teramat ramah terhadap orang asing. Dan walaupun daerah ini merupakan daerah wisata ,tetapi tidak komersil terhadap pengunjungnya. Harga-harga makanan, penginapan,  transportasi, dan akomodasi atau jasa lain tidak "tourist minded" seperti kebanyakan daerah wisata, menyenangkan sekali.

Perpaduan antara udara yang sejuk, bentangan alam yang unik, dan warisan budaya ribuan tahun.

Tidak ada komentar: