Tampilkan postingan dengan label dangerousindonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dangerousindonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 September 2013

The Sesepuh was Back on Track

Akhirnya setelah melewati persiapan yang cukup njelimet gara-gara waktu persiapan yang pas-pasan, media komunikasi yang terbatas, dan banyaknya keinginan yang harus dipertemukan, ide perjalanan ke Papandayan dan Tegal Panjang bersama para angkatan tts (tua-tua sekali) tidak berakhir wacana. Horay. 


Dan ternyata yang ikut lumayan banyak. Ditambah dengan beberapa yang menyusul terdapat sekitar 35-an orang anggota KMPA yang berkemah di Pondok Selada malam itu. Penghargaan peserta terbaik sepertinya  dipegang oleh mbak Maya (GL 88) yang membawa paket lengkap : suami, tiga anak perempuannya dengan yang paling kecil berusia 2 tahun, dan seorang temen anaknya. Angkatan TTS lainnya yang ikut ada mas Arif (IF 86) dan istrinya mbak Chandra (yang baru pertama kali naik gunung seumur hidupnya,wogh), lalu mas Aris (GD 89) dan istrinya mbak Ephi yang juga anggota kmpa(Plano 89). Yang tidak membawa pasangannya serta yaitu mbak Sinta (TM 90), mbak Citra (TL 90), bang Dana (plano 89), dan mas Fajar (aduh lupa jurusan dan angkatan berapa) yang membawa serta anaknya yang tertua. Seleb-seleb usia nanggung dan para pemuda tidak saya list disini.hehe

Dan ini pertama kalinya saya ke lapangan dengan jumlah seleb-seleb tts sebanyak ini. Saya hanya pernah dua kali mendaki gunung bersama mbak chitra, dan sekali bersama mbak Sinta. Suasanannya tentu saja berbeda. Semangat-semangat anti tua mereka membuat perjalanan menyenangkan . Banyak cerita-cerita yang didapatkan, gosip-gosip juga haha. Dan tentunya, pelajaran-pelajaran. Hal yang paling saya senangi dari para seleb ini adalah, meskipun mereka sedang berada di tahap-tahap terbaik dalam hidup mereka, karir, keluarga,spiritual, mereka bisa membawakan diri dengan sangat natural sehingga tidak membuat para muda-muda canggung, sama sekali tidak menggurui dan minta diprioritaskan secara berlebihan. Sederhana dan apa adanya. Menjadi semacam petunjuk bagi saya, ingin menjadi seperti apa saya 20 tahun lagi.




Minggu, 31 Maret 2013

Teras Nusantara's New Office

Halo.

Akhirnya setelah lebih dari 3 bulan mengelandang di selasar-selasar kampus, perpustakaan, sekretariat, dan kafe-kafe murah meriah ber wi-fi, mulai hari ini InsyaAllah Teras Nusantara resmi memiliki kantor. :D



Alamatnya di jalan Cigadung Raya Barat No 2, Bandung. Tinggal lurus dari jalan Dago ke arah atas, +/- 15 menit  (disebelah kanan jalan). Atau bisa juga masuk dari jalan Tubagus Ismail, belok ke jalan Cigadung. Lurus terus hingga ketemu jalan Cigadung Raya Barat no 2 (disebelah kiri jalan). Ada neon box angka 2 merah besar di pagarnya.Kantor ini berada di kawasan penginapan pondokan cipaheut. Kantor kami sendiri berada dibangunan paling depan. Satu kesatuan dengan second hand book store dan ruang galeri. Ini dia bagian depan bangunannya.




Saya dan jekim, akan ada disana pada akhir minggu. Tetapi dua rekan saya yang lain , Yasir (on 085722624182), dan Dani (085721406767) selalu available 24jam x 7 hari seminggu. Nah, bagi teman-teman yang ingin menemui kami : Konsultasi perjalanan, atau butuh teman perjalanan, atau bahkan sekedar butuh teman berbincang, kami selalu sedia disana. Mampir ya ya ya!   :)

 

Rabu, 16 Januari 2013


Morning rain used to be a romantic scene of this country,
 and now it becomes a horror movie,who is to blame?

#jakartathismorning

Selasa, 13 September 2011

Dieng Plateau







i always in love with this hidden beautiful village.
the sun, the air, mountains, the culture, the peoples. old wisdom that float in the air.

Rabu, 29 Juni 2011

Cerita Perjalanan - gede.Mt (3)

Perjalanan menuju puncak gede kali ini dari jalur gunung putri (sengaja dipilih jalur yang sedikit lebih tajam dengan iming2 camp di alun-alun surya kencana yang katanya super cantik).Pukul 09.45 perjalanan dimulai dari GPO.


 
before

Buat yang masih fit, perjalanan hingga kesurya kencana bisa ditempuh dalam jangka waktu 4-5 jam.Tapi karena peserta pendakian ini notabene sudah tidak aktif naik gunung, + ditambah membawa seorang baby, diperkirakan kami sampai dialun-alun sekitar magrib.


 
Diperjalanan

 
Istirahat makan siang

Dan benar saja, pukul 6 sore.seluruh tim berkumpul di alun-alun. Tidak terlalu banyak masalah ketika naik, walaupun pelan, tidak ada yang fisiknya drop sama sekali.Cici membuat semua orang tertawa senang.

 
Alun-alun timur
Pukul sembilan setelah makan malam semua orang masuk tenda masing-masing dan beristirahat, tidak ada yang berniat berdiam diluar.walopun pemandangan langit cantik sekali dengan cahaya bintang yang terlihat jelas (dikota sepertinya jarang sekali melihat bintang,polusi cahaya) ,cuacanya super-duper-dingin. Dan begitulah kalo naek gunung dimusim kemarau, malam harinya bisa teramat dingin.Katanya, uhu dini hari disini bisa sampai 0 derajat.Keuntungan naik dimusim kemarau, tidak ada hujan.

Dan well,Semua orang tidak bisa tidur malam itu, saya terbangun berkali-kali.sambil mendengar suara dari tenda-tenda yang lain.haha.wajar sih, sulit untuk tidur di cuaca begitu dingin.sleeping bag dan kaus kaki terasa tidak banyak membantu.Pukul 3, dari tenda sebelah  cici menangis, popoknya penuh.Terdengar suara mbak H dan mbak May yang sedang mengganti pakaian cici.Dan menjelang subuh tampaknya saya baru benar-benar bisa tidur.

Pagi jam setengah 7,tiba-tiba ada suara dari luar tenda.

"beli nasi uduk neng, gorengan"
what??siapa yang mau jauh-jauh untuk jualan nasi uduk dan gorengan kesini??

Dan semua orang akhirnya membuka pintu tenda,membeli gorengan dan nasi uduk.Bayangkan, harganya cuma 5ribu rupiah untuk sebungkus nasi uduk dan seribu rupiah untuk sebuah gorengan.

"jam berapa pak, berangkat dari bawah?"
"jam 2 neng.."
 
Bapak nasi uduk
aih si bapak.Bapak yang baik hati,mungkin orang tidak akan keberatan mengeluarkan uang dua kali lipat itu untuk membeli nasi uduk dan gorengan ditempat sejauh dan setinggi ini.Kalo ada yang nawar harga itu namanya tega.hehe


Pukul 7 kami semua baru benar-benar keluar dari tenda.beberapa tempat disebelah barat mulai terkena cuaca matahari, tapi bagian lembah tempat kami berkemah belum.jadi masih dingin.Melihat keluar dan ternyata embun-embun diatas flysheet tenda sudah mengkristal menjadi es.Hoho.pantas dingin sekali rasanya.

 
Tampang bangun tidur

Kami berpindah ketempat yang lebih panas, berjemur menghangatkan diri sekalian menikmati pemandangan pagi alun-alun.cantik sekali.dan tentu saja fotofoto.hehe.




Saya, dinna, dan yostal sengaja bawa kebaya khusus untuk foto-foto dialun-alun dan puncak.haha,niatnyaa. (padahal kebayanya seharusnya dipake nikahan mpok rime nanti,maaf ya mpok).



Jam sembilan kami packing barang-barang dan siap berangkat kepuncak pada pukul 09.45.
Track dari alun-alun surya kencana menuju puncak gede tidak seterjal dari kandang badak (jalur cibodas).lebih dekat, dan lebih tertutup.Sekitar pukul 11.00,semua berkumpul dipuncak.Foto-foto lagiii.



Pukul 12 ketika kami memulai perjalanan turun kebawah kearah jalur pendakian cibodas.Sayangnya perkiraan saya meleset jauh mengenai waktu turun.Dengan sedikit berlari, biasanya  perjalanan turun melalui cibodas bisa ditembuh dalam waktu 3 jam.Saya mengalokasikan waktu 5-6 jam untuk tim ini.Tapi sayangnya meleset jauh.


Biasanya perjalanan turun dari gunung memang lebih berat. Untuk menghindari kelelahan dilutut, biasanya pendaki turun dengan teknik berlari dan sedikit beristirahat.Tetapi teknik ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang apalagi buat yang sudah lama tidak mendaki.Kami berjalan turun dengan langkah biasa.

Sampai dikandang badak pukul 2 (hampir 2 jam untuk perjalanan turun).

 
Tanjakan setan (puncak-kandang badak)

Istirahat, makan siang, dan sholat.Dan kami baru berangkat lagi pukul 15.30 .Semua tim sampai diair panas pukul 16.30. Semua orang khawatir kami akan kemalaman dijalan. Di cuaca gelap perjalanan akan jadi lebih lama, dan beberapa orang biasanya jadi lebih mudah drop disaat gelap dan suhu yang lebih dingin.

Saya, dinna, dan kang deny sudah sampai diair  terjun panyancangan pukul setengah enamnya.sementara yang lain masih dibelakang.Kami menunggu yang lain sambil beristirahat disini.Tapi sudah mulai gelap, dan Cici terus2an melihat keatas ke jalur pendakian, mungkin menunggu bundanya muncul.tidak menangis dan terus bermain dengan kami, tapi terlihat sedikit bingung.ga tega liatnya,akhirnya saya meminta kang deny untuk membawa cici turun duluan (sekitar setengah jam perjalanan normalnya menuju pos montana).sementara saya dan dinna menunggu yang lain disini. dinna menyerahkan senternya ke kang deny.

Dan stupidnya, kami baru menyadari setelah gelap bahwa tidak satupun diantara kami yang pegang senter lagi.haha.untungnya dinna punya lilin, itupun cuma satu.Kesalahan teknis yang bodoh.

Stupid, saya sedikit khawatir.Sudah gelap sementara yang lain tak kunjung muncul.Sedikit senang, karena cici tidak harus ikut menunggu gelap-gelapan disini.Melihat  keatas, cuma keliatan gelap dan kunang2 yang banyak sekali.memanggil tetapi tidak ada yang  menyahut.Dan kami cuma punya satu lilin.Pukul setengah tujuh ketika masih tidak ada yang muncul  sementara lilin sudah mau habis, kami memutuskan turun dengan penerangan lilin alakadarnya  itu.mengantarkan beban sekalian minta tolong orang untuk menjemput keatas.Lalu meninggalkan pesan diatas kertas dan menaruknya diatas tempat yang kira-kira akan dilalui mereka

"dinna, maul, cici, dan k' deny turun duluan kebawah,
nganterin cici kebawah sekalian minta tolong orang untuk ngejemput"

hahaha.berasa jaman baheula nulis pesan pake kertas.sebelum turun kami bertemu rombongan yang akan naik.lalu nitip pesan lagi lewat mereka kalo ketemu rombongan kami.

dan akhirnya saya turun bersama dinna dengan bantuan penerangan sebatang lilin.super hati-hati karena takut lilinnya tertiup angin.Berusaha tetap bercerita biar jalannya ga sepi-sepi banget.Sekitar 15 menit perjalanan, kami bertemu dengan 3 orang dari ranger yang ternyata memang naik untuk menjemput kami.ah, syukurlah.ketika sedang mengobrol dengan mereka, handy talky yang dipegang dinna berbunyi.Tolol, kami mengabaikan keberadaan benda satu ini.Yostal yang menghubungi.mereka semua sudah berada dipanyancangan.hwaaaaa,sumpah saya lega sekali rasanya.Dan yostal baru memberi tahu ada senter korek api didalam tasnya yang kebetulan dibawa saya.haha.tolol.akhirnya saya dan dinna meneruskan perjalanan turun.sementara yang lain menjemput teman-teman diatas.

di KM2 kami bertemu kang deny,

"wah,cici mana kang?"
"ada dibawah, dibasecamp montana,dijagain teman"

dan kang deny naek keatas ikut menjemput sementara saya dan dinna meneruskan perjalanan turun.sekitar pukul 7 kami sampai dimontana.segera mencari cici, yang ternyata sedang digendong seorang teman dimontana.tidak menangis dan tidak rewel.ah ciciiii.benar-benar si kecil ini penghilang lelah.

Beberapa saat, mbak H dan Yostal sampai juga dimontana.Dan Mbah H yang baru sampai bukannya minta minum tapi malah langsung menggendong cici.duh duh.memang yah cici ini.
Cici selalu senang bersama mbak H.(dan mbak H  paling akrab sama cici diantara tante-tante yang lain, memang beda kali yah antara orang yang udah ngerasain jadi ibu sama yang tidak)
Kemudian datang mbak May dan Nurul.Dan cici langsung menyambut sang bunda datang. Senang sekali melihat cici dipeluk oleh sang bunda.Setelah mbak may, lalu datang mbak May yang udah sedikit drop (aduh maaf ya mbak).Yang terakhir adalah kak Ria dan Mbak Chitra yang walo udah keliatan drop, tetap tersenyum dan terlihat cantik (ah,mbak yang satu ini).

Lega sekali melihat semua orang sudah berkumpul ditempat yang nyaman.dan cici tertawa senang diantara tante2 dan bundanya.

Lucunya, ketika angkot yang kami sewa untuk balik untuk menuju penginapan sudah datang, Cici menangis kencang.tangis terlama cici.saya jadi heran kenapa.dia menolak ketika akan dipasangkan jaket tetapi tidak menolak ketika diajak tidur dan masuk kamar sama si om dimontana. Oh, mungkin capek.takut kalau harus jalan dan masuk baby carrier lagi.ahay ,cici cantik...cupcup.

Dan begitulah, kami kembali ke penginapan guest house balai penelitian tanaman hias didesa landbouw cipanas.Dan ada  kak heidi, om Ryan dan Kang Aji yang ternyata menunggu disana.Dengan martabak dan brownies kukus.hwaaaa.laparrrrr, nyamnyam.



After

Selasa, 21 Juni 2011

Taman Nasional Ujung Kulon - Hidden Paradise


  
Foto diatas diambil di salah satu kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dalam sebuah perjalanan yang saya lakukan bersama teman-teman saya pada akhir Desember, salah satu tempat yang harus masuk dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi bagi para pecinta wisata pantai. Incredible Hidden Beauty Palace!


Pengunjung dapat melakukan perjalanan susur pantai mengelilingi kawasan taman nasional, dengan didampingi guide dari taman nasional. Atau jika tidak ingin terlalu capek, pengunjung dapat menyewa perahu untuk mengelilingi pulau-pulau kecil disekitar taman nasional (berjarak sekitar 6 jam perahu dari desa terdekat).Tetapi karena biaya sewa perahunya cukup mahal (2juta/hari, kapasitas 20-an orang), sebaiknya mengajak teman-teman yang banyak kesini.   Untuk mengurus perizinan dan mencari informasi dapat dilakukan di kantor taman nasional yang berada di taman jaya.







Senin, 20 Juni 2011

Baduy (2) - Budaya dan perubahan

Lojor heunteu beunang dipotong
pèndèk heunteu beunang disambung
 (Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Kalimat diatas peribahasa Baduy, maknanya kira-kira hidup sederhana,apa adanya.tanpa memberikan perubahan apapun atau sesedikit mungkin terhadap alam.Itu falsafah hidup dari adat Baduy.

Dibaduy dalam yang lebih ketat dalam menganut adat, semua orang menggunakan pakaian seragam berupa kain berwarna putih tanpa hiasan.Untuk wanita, beberapa menggunakan gelang-gelang yang terbuat dari manik-manik sederhana.Mereka tidak menggunakan alas kaki, dan tidak boleh menggunakan alat kendaraan untuk transportasi, dan tidak boleh menggunakan benda-benda berteknologi.

Sekitar pukul lima kami sampai didesa Cibeo. Desa ini diikelilingi oleh sungai dangkal yang jernih.Untuk penghubung ke desa berupa jembatan bambu yang merupakan khas baduy. Desanya cukup besar, kata Juli ada sekitar 80-an rumah disini.Rumah-rumahnya berdekatan,dengan arsitektur yang hampir sama : rumah panggung berbentuk persegi yang dibuat dari anyaman bambu dan atap dari rumbia. Semua pintu menghadap utara, atau selatan.Dikolong rumah atau diatap-atap ada ikatan-ikatan kayu bakar.Rumah ini tidak menggunakan paku.Untuk memasak, mereka menggunakan tungku tanah liat didalam rumah yang menggunakan bahan bakar kayu (Bahkan semua komponen rumah ini benda yang mudah terbakar).Dan rumah hanya terdiri atas 2 ruangan. Penerangan pada malam hari dengan lampu yang menggunakan bahan bakar getah.

Pendatang yang ingin datang berkunjung biasanya harus membawa bahan makanan sendiri yang kemudian dibantu dimasakkan oleh empu rumah.Kami cuma membawa beras,mie, dan ikan asin yang dibeli di desa ciboleger.Bahan-bahan ini dibantu masak oleh istri Juli.Juli menyediakan empat mangkok porselen untuk wadah makan kami (yang sepertinya memang hanya digunakan untuk tamu), untuk minum kami menggunakan bambu yang dipotong pendek sehingga berbentuk seperti gelas.Juli menolak ketika kami menawari makan bersama.Sambil makan saya sempat melihat keruangan sebelah istri Juli mengeluarkan sebuah bungkusan dari daun pisang yang berisi nasi yang cukup besar, dan kemudian mereka makan bersama. Mungkin itu semacam kebiasaan.

Sewaktu membantu istri Juli memasak makan malam, saya melihat anak-anak Juli mencemil mie instant dan beberapa snack-snack kecil lain.Apakah konsumsi makanan modern termasuk dalam aturan adat Baduy?ataukah itu bentuk dari perubahan yang diam-diam datang tanpa disadari?

Tetapi Juli tidak mengkonsumsi kopi instant yang kami buat,dan dia menyuruh kami membawa kembali Gula dan Teh yang semula kami  rencanakan untuk ditinggalkan dirumah Juli. Juli bisa berbahasa Indonesia, tetapi tidak begitu lancar, juga Istrinya. dan ini membuat kami kesulitan berkomunikasi dengan keluarga Juli. Beberapa kali sering terjadi salah paham ketika kami menyampaikan atau bertanya sesuatu dalam bahasa Indonesia kepada Juli, dan tidak ada satupun diantara kami yang bisa berbahasa Sunda-Banten.Dan akhirnya, tidak banyak percakapan yang bisa kami lakukan dengan Juli. Jam 8 malam desa Cibeo sudah sepi sekali.

Dan, tantangan buat anda para yang suka tidur larut malam, sudah harus beristirahat jam 9 malam dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi hingga matahari terbit besok hari. (Haha, yang ini benar-benar  menyiksa.Saya terbangun berkali-kali, tidak bisa tidur lagi, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu matahari terbit).Cukup dingin disini pada malam hari, jadi jangan lupa membawa jaket dan sleeping bag.

Besok paginya kami memutari desa Cibeo tanpa ditemani Juli. Istri Juli berangkat keladang dari pagi.Kami melihat sebuah area yang penuh dengan lumbung.Pintu-pintu lumbung ditaruh dibagian atas dekat keatap, mungkin untuk menghindari binatang masuk kelumbung.Untuk masuk kelumbung harus menggunakan tangga.Lalu kami beristirahat dipinggir jalan yang sepertinya menuju ke ladang. Beberapa kali berpapasan dengan wanita yang mau ke ladang. (Sepertinya disini yang berladang memang wanita)

Kami berjalan kaki kembali kedesa Kanekes jam 2 siang dengan jalur yang berbeda dengan jalur berangkat.Yang ini tracknya lebih bersahabat. lebih banyak turunannya.Pada jalur balik ini, kami melewati beberapa desa Baduy Luar.

Semakin menjauhi desa cibeo, pengaruh dunia luar semakin terasa. Rumah-rumah sudah menggunakan paku dan cat.Kami sempat melihat sekelompok orang yang sedang membangun rumah, dan mereka menggunakan amplas untuk menghaluskan kayu.Potongan-potongan kayu rumahnya pun sudah lebih halus.Penduduk pun sudah mulai menggunakan pakaian dengan potongan modern.Bahkan pada salah satu desa tempat kami beristirahat (sudah cukup jauh dari Cibeo), kami menjumpai penjual es Cingcau

Perempuan Baduy luar menenun. Dan biasanya hasil tenunan mereka ini dijual. Disepanjang desa baduy luar yang kami lewati, kami melihat pemandangan perempuan-perempuan menenun dan memintal benang.Mereka biasanya menggunakan kemben/kaos tank top, dan kain.

Kami sampai didesa Kanekes sekitar pukul 5, lalu Juli menginapkan kami dirumah kakak Iparnya di Kanekes.Rumah ini sudah lebih modern, sudah memiliki sekat-sekat, pintu dengan selot kunci, bantal, dan peralatan makan modern.

Desa Ciboleger dan Desa Kanekes berbatasan langsung. Hanya sebuah gapura yang memberikan tanda  batas antara dunia Baduy dengan dunia luar (mereka menyebut daerah selain Baduy seperti itu). Menarik sekali melihat daerah perbatasan ini, diciboleger sudah ada listrik dan rumah-rumah terbuat dari Beton, sementara kanekes yang persis disebelahnya masih masih menggunakan lampu minyak tanah dan rumah yang terbuat dari anyaman bambu.

Kami turun sebentar ke desa ciboleger untuk makan, mengajak serta Juli.Dipinggir jalan yang sudah termasuk daerah ciboleger, saya melihat beberapa kerumunan dirumah-rumah/ warung dan sebagian besar adalah Baduy.Saat dilihat lebih dekat, ternyata mereka sedang berkerumun menonton siaran televisi.Lalu saya tidak mendapati Juli didekat saya,dan ternyata dia sedang ikut menonton dikerumunan, Terlihat sedikit tersipu malu ketika saya menegurnya dan mengajaknya meneruskan jalan menuju tempat makan.
 Ah, teknologi.

 Saya memberikan rasa kagum saya kepada mereka, orang-orang Baduy, terutama baduy dalam yang memilih jalan hidup seperti itu dan berjuang mempertahankan adatnya.Sekaligus ada semacam rasa takut dan sangsi. Sampai kapan mereka sanggup menjaga peradaban mereka dari pengaruh teknologi? Apakah mereka menjaga diri dari pengaruh modernitas karena kesadaran mereka untuk memelihara adat atau hanya karena ketakutan mereka untuk melanggar adat dan mereka tidak bisa keluar dari struktur masyarakat mereka?

Is really No Change on their culture at all?

Pemandangan sekelompok orang Baduy yang berkerumun menonton sinetron dari televisi dirumah warga itu memicu pertanyaan retoris dalam otak saya. Tapi saya baru 2 hari disini, saya rasa saya belum bisa memberikan penilaian tentang seberapa kuat adat masyarakat hanya dalam 2 hari ini.

Penduduk Baduy luar sudah lebih terbuka dan lebih bisa berkomunikasi dengan orang asing.Empu rumah tempat kami menginap malam hari itu menemani kami diruang tengah dan berbincang tentang banyak hal hingga larut malam.Lalu saya tahu bahwa si Bapak yang empu rumah dahulu adalah warga Baduy dalam.Dan hingga sekarang seluruh keluarganya masih bermukim di Cibeo, hanya dia yang tinggal diBaduy luar.

Ternyata tidak ada larangan secara adat bagi penduduk Baduy dalam untuk keluar, tetapi jika mereka sudah memutuskan keluar, mereka sudah tidak boleh lagi tinggal didalam, kecuali hanya untuk menginap.Alasan si bapak untuk keluar dari baduy dalam waktu itu adalah karena dia merasa tidak ada yang salah dengan kemajuan.Selama tidak melanggar adar-adat dasar dan tidak merusak alam.Dan si bapak keluar dari baduy dalam atas dasar keinginan dan kesadaran sendiri, dia memilih jalan hidup sendiri.Dan beliau mengerti konsekuensi dari pilihan tersebut.

Dari si Bapak juga saya tahu, bahwa baduy penganut ajaran sunda wiwitan. Mereka percaya kepada nabi Adam.Dan mereka percaya mereka memiliki tugas menjaga keharmonisan alam, bahwa wilayah Baduy adalah wilayah yang merupakan penyangga keseimbangan alam. Jika wilayah ini rusak dan banyak tercemar, maka akan terjadi banyak bencana alam di tanah jawa.

Masih banyak lagi obrolan malam itu dengan si bapak.dan untunglah kami tidak harus tersiksa sepeti semalam karena tidur jam 9. Kami kembali balik ke Rangkas Bitung pagi esok harinya.Jam 8 dari ciboleger, dan karena tidak terlalu banyak ngetem sampai distasiun pukul setengah sepuluh.Kereta mendapatkan tiket kereta jakarta pukul 10, dan sampai dijakarta sekitar pukul 12.
  
I think it's a worth trip.

Saya mendapatkan sedikit pengetahuan tentang sebuah komunitas dengan dinamika yang menarik dan memiliki kebajikan hidup yang layak mendapat penghormatan.

Minggu, 19 Juni 2011

Baduy (1) - menuntaskan rasa ingin tahu

Lojor heunteu beunang dipotong
pèndèk heunteu beunang disambung

(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)


Alasan utama yang biasanya membuat saya penasaran mengunjungi sebuah daerah yaitu Landscape yang mengagumkan , atau daerah dengan budaya masyarakat  yang unik.

Rasa penasaran saya untuk mengunjungi Baduy karena suku ini terkenal memiliki budaya yang unik.Saya mendapatkan rekomendasi bagus dari 2 teman yang telah mengunjungi tempat ini.

Dan akhirnya setelah sekian lama penasaran berangkat juga si saya ke sana tanggal 9 Juni kemarin.Bersama dian (Kriya Tekstil ITB '09) dan 2 orang teman lama dari palafne Jogja (organisasi pencinta  alamnya D3 ekonomi UGM) yang sedang melancong ke Bandung  wanto dan somad.

Meeting point kami stasiun Tanah Abang Jakarta pukul 07.00.Dari stasiun ini biasanya ada kereta ekonomi Rangkas Jaya tujuan Rangkas Bitung (kota terdekat dari desa Baduy) yang berangkat tiap 3 jam.Dan kereta ekonomi selalu menjadi dewa bagi para traveller pas2an,harga tiketnya cuma 4000 rupiah saja untuk perjalanan kereta hampir 2 jam.Kami naik kereta dengan jam keberangkatan 08.00.

Jam 10 sampai distasiun rangkas bitung,diberi petunjuk sama pak petugas, naek angkot ke terminal,sekitar 15 menit perjalanan dengan ongkos 3ribu rupiah.Di terminal naik bis ke Ciboleger (Desa terluar dari Baduy) dengan biaya sebesar 12 ribu. Normalnya Rangkas Bitung-Ciboleger ditempuh sekita 1,5 jam perjalanan.tapi karena banyak ngetem dan berhenti, kami baru sampai di Ciboleger 3 jam kemudian.

Di mobil ada Ibu-ibu yang nawarin guide, adeknya si Ibu.

"daripada nyari guide sendiri disana, ntar dimahalin..."

Tapi ternyata sama adek si Ibu pun,harga yang ditawarkan 400ribu untuk 2 hari perjalanan hingga ke Cibeo , desa baduy dalam.wew.mahalll.kami membatalkan menggunakan jasa adek si ibu.

Informasi dari teman, biasanya ada orang baduy dalam yang kebetulan sedang berada diluar mau jadi guide orang yang ingin kedesa mereka, dan biasanya menawari tempat mereka untuk menginap malam harinya, dengan bayaran  suka rela.Dengan asumsi itu, kami menuju ke tempat izin masuk. Dan benar saja, diperjalanan ada seorang penduduk dalam Cibeo yang menghampiri kami.Dan menawarkan menemani diperjalanan, kebetulan dia dalam perjalanan balik.Horayyy.Sang penduduk memperkenalkan diri dengan nama Juli,dia menggunakan pakaian putih dan tidak menggunakan alas kaki.

Orang Kanekes atau yang dikenal dengan orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi diri dari dunia luar.Perbedaan cara hidup ini menjadikan mereka unik.Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia modern dan menjaga cara hidup tradisional tersebut.

Wilayah Baduy sendiri terdiri atas 54 desa, 3 diantaranya adalah desa baduy dalam yaitu : Cibeo , Cikertawana, dan Cikeusik (yang paling jauh).sisanya dikenal sebagai desa baduy luar.Desa Baduy terluar yang berbatasan dengan Ciboleger dikenal dengan desa Kanekes.

Baduy dalam memiliki beberapa perbedaan dengan baduy luar dalam hal kebiasaan hidup. Baduy dalam terkenal lebih ketat dalam hal menjaga adatnya mereka. Tetapi mereka masih membolehkan orang luar datang berkunjung. Tetapi tidak boleh orang asing (Non Indonesia).

Ada beberapa peraturan yang harus dibaca oleh pendatang yang ingin berkunjung ke desa ini, dapat dibaca ditempat perizinan.Aturan bagi pendatang antara lain larangan membawa tape atau radio, tidak membawa gitar, tidak membawa senapan angin, tidak menangkap atau membunuh binatang, tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon, tidak meninggalkan api di hutan, tidak mengonsumsi minuman memabukkan, dan tidak melanggar norma susila.

Dipintu perizinan,Kami membayar uang 10ribu  ber-4 untuk biaya izin masuk.

Dari kanekes, jalan kaki sekitar 3 jam untuk menuju Desa Cibeo Dengan track naik turun bukit.Berangkat dari Ciboleger pukul 2.

Dan ini adalah pengalaman : jangan membandingkan fisik dengan masyarakat asli.Juli menemani kami dengan berjalan didepan terlihat pelan dan santai walau tidak menggunakan alas kaki, dan nyaris tidak berkeringat. sementara kami dibelakang terengah-engah menyamakan langkah.

Ada sebuah sungai yang merupakan perbatasan antara baduy dalam dan baduy luar, disini kita tidak boleh lagi menggunakan kamera dan diminta mematikan handpone (walaupun memang sudah tidak ada sinyal sejak setengah jam perjalanan awal).

Sekitar jam 5 kami sampai di Cibeo. Dan kami menghabiskan waktu hingga magrib datang disungai pinggir desa, sungai dangkal dengan air yang bening.Segar sekali setelah 3 jam berkeringat.Setelah sekian lama rasa penasaran dan akhirnya hari itu saya berada didesa Baduy.Memperhatikan suasananya dan mencari-cari daya tarik apa saja yang dimilikinya.

~to be continued

Kamis, 02 Juni 2011

Dieng Plateau (Part3- Peradaban Ribuan Tahun)

sisa peradaban ribuan tahun
berdiri kokoh tegak anggun
saat yang lain  lapuk oleh hujan
hancur tertimbun
diamuk alam atau dibinasakan peradaban lain

bagaimana bisa?
"masyarakat ku mulai belajar mencintaiku dan alam enggan padaku"



Konon Dieng adalah pusat spiritual dipulau Jawa zaman dahulu kala, pusat peradaban kerajaan Kalingga yang berkembang pada abad ke-8 masehi. Salah satu kerajaan Hindu terbesar di Indonesia .Sisa-sisa kejayaannya masih diwajantahkan oleh candi-candi batu kokoh nan cantik yang tersebar dibeberapa titik didaerah ini. Tidak terlalu banyak memang yang tersisa, sebagian besar diantaranya hancur karena musibah alam, tetapi dari apa yang masih tersisa saat inipun kita dapat membayangkan kejayaan macam apa yang dimiliki daerah ini dimasa lampaunya.

Dan saya ternyata salah paham, karena negara bekas kerajaan Hindu dan masih kuatnya kepercayaan masyarakat  terhadap benda,saya pikir masyarakat sekitar daerah sini masih penganut Ajaran Hindu, dan saat saya tanyakan kepada mas Rovik, dia tertawa

"wah, alhamdulillah, masyarakat sini mayoritasnya penganut Islam mbak"

Oh,stupid me.1200 tahun.bukan waktu yang sebentar untuk sebuah perubahan besar.

Tapi hari itu kami hanya mengunjungi 2 buah candi.candi Bima, dan candi Arjuna.

Candi Bima adalah candi tunggal yang terletak di pintu masuk kawah sikidang.Saya dan kakak mengunjungi candi ini sementara mas Rovik dan abang solat jumat. Jadi tidak terlalu banyak cerita sejarah yang saya dapat tentang candi ini.
Hanya mengamati relief-relief yang terpahat dibatu-batu tua itu.Dan setelah beberapa menit mengamati dengan konsentrasi penuh, berharap bisa mempelajari pengetahuan yang tergores dibatu-batu itu, saya putuskan percuma karena saya tidak mengerti sama sekali. akhirnya yang saya lakukan hanya menikmati keindahan arsitektur sicandi dengan background langit biru cerah,lalu mengambil beberapa foto.

Sayang sekali ada beberapa bekas coretan dan tulisan yang dibuat dengan cat di dinding-dinding candi. Sedihnya.

Begitu solat jumat selesai, mas Rovik kembali menemani kami.Perjalanan dilanjutkan menuju candi Arjuna.

Ada candi tunggal yang letaknya berdekatan dengan komplek candi Arjuna, yaitu candi Gatot Kaca, tetapi kami tidak mengunjunginya.

Kami langsung menuju kompleks candi arjuna, mas rovik mungkin sedikit lelah, dan memutuskan menunggu dihalaman parkir sementara kami mengelilingi kompleks candi arjuna.

sedikit sayang, karena akhirnya lagi-lagi yang bisa saya lakukan hanya menikmati arsitektur dan view candi yang dilatarbelakangi barisan pegunungan di dieng.

Kompleks ini sangat terawat.Untuk menuju kekompleks ada jalan kecil untuk berjalan kaki yang dibangun dari paving blok, dikanan kirinya ditanami bunga-bunga cantik dan ada beberapa papan himbauan untuk merawat candi.Dikompleks ini terdapat 4 candi yang tersusun rapi dalam satu garis lurus.Simpel, tapi menarik.

Saat berkeliling, secara kebetulan saya berdiri si suatu titik dimana saya bisa melihat 2 candi dan diantara 2 buah candi itu terlihat mesjid dikejauhan. Pemandangan ini membuat saya tersenyum, ah, objek foto yang sangat menarik.sayang sekali saya tidak membawa kamera dengan kapasitas yang cukup bagus untuk mengabadikan pemandangan ini.

Sedikit pengetahuan tentang peradaban dahulu berkembang didaerah ini saya dapat di museum Dieng Kailasa, seorang petugas menemani kami berkeliling dan memberi penjelasan.

Isi museum ini seperti arca-arca dewa-dewi, patung,dan prasasti yang diyakini sebagai sisa peradaban kalingga. Ada juga beberapa dokumentasi keadaan kehidupan masyarakat dieng saat ini berupa artikel , foto, dan beberapa display lainnya.Museum ini juga memiliki ruang teater.Kami sempat menonton film pendek durasi 8 menit berupa dokumentasi daerah dieng.Dari film tersebut saya mengetahui bahwa bentuk candi tunggal yang simpel adalah ciri khas dari arsitektur yang sedang berkembang di india pada tahun yang berdekatan dengan berdirinya kerajaan kalingga.

Mas yang menemani kami bercerita kalau bangunan museum ini baru didirikan tahun 2008.Dulu, sebelum bangunan ini didirikan, arca-arca dihalaman, dan seringkali terjadi upaya pencurian.

Melihat museum dengan dokumentasi yang rapi yang memiliki ruang teater, masyarakat yang ramah, dan beberapa hal lain yang saya amati membuat saya menarik kesimpulan konsep pariwisata daerah sini cukup terstruktur dan rapi.

Dari museum kami istirahat sebentar mencari makan siang.

Sambil makan, mas Rovik bercerita beberapa hal tentang sisa-sisa peninggalan itu.
Banyak sekali kasus-kasus pencurian tetapi untuk sekarang  penindakan hukumnya sudah sangat tegas. Ada seorang warga yang harus dipenjara selama 35 tahun karena ketahuan menjual sebuah arca seharga 50 juta ke seorang warga belanda.

"untuk warga yang menemukan arca dapat imbalan ga mas?" iseng saya bertanya.

"enggak, makanya warga kalau menemukan benda-benda peninggalan kadang suka menimbun kembali ketanah" jawab mas rovik

oh.

walaupun tidak banyak mengerti tentang pengetahuan apa yang terkandung didalam peninggalan-peninggalan sejarah ribuan tahun itu,
ketika berdiri didepan candi-candi itu, menyentuhnya dan memperhatikan tiap ukiran yang dipahatkan , tanpa sadar muncul rasa kagum saya akan kehidupan 1200 tahun silam yang buktinya masih berdiri kokoh saat ini.1200 tahun lalu ketika teknologi-teknologi canggih belum berkembang, mereka sudah berhasil menemukan teknik membuat bangunan yang bisa bertahan ribuan tahun.
Saya membayangkan sebuah peradaban dengan kebudayaannya yang tumbuh, berkembang, mencapai kejayaannya, lalu punah entah oleh amukan alam atau karena serangan dari manusia lain, lalu muncul lagi dengan peradaban baru, tetapi sisa peradaban itu masih berdiri mengingatkan kita tentang betapa dunia sudah berkembang dari ribuan tahun lalu dan terus akan berubah kedepan.

Saya tidak pernah tinggal di kampung asal leluhur saya, tidak begitu banyak tau tentang sejarah leluhur. Beberapa kali pindah rumah dan pindah daerah, saya dibesarkan dalam keluarga yang terlepas dari ikatan adat dan tidak banyak terpengaruh oleh struktur dan aturan masyarakat,mungkin karena itu saya tidak memiliki ikatan rasa yang terlalu kuat terhadap adat atau garis keturunan kecuali keluarga inti saya,atau sebuah daerah.

Karenanya saya menyimpan kekaguman terhadap masyarakat dengan keterikatan yang kuat dengan masa lampau dan kesadaran yang tinggi untuk mempertahankan keaslian daerahnya, seperti masyarakat daerah dieng ini.

"mas, emang ga ada villa yah didaerah sini?"dan saya bertanya lagi.

"oh, enggak, udah beberapa kali ada yang minta izin bangun villa, tapi ga dikasih izin, takutnya bawa pengaruh buruk"

satu pandangan positif lagi.

ah,saya tertarik sekali.Banyak hal menarik tentang daerah sini dan masyarakatnya.
Peradaban ribuan tahun tidak mungkin bisa benar-benar dikenali hanya dengan satu hari berada disana.Jadi saya membuat janji dengan diri saya untuk kembali lagi kesana untuk jangka waktu yang lebih lama.

~bersambung

Dieng Plateau (Part 2-Hidden Paradise)

Perjalanan kali ini saya bersama 2 orang kakak saya.Setelah sebelumnya menjadi turis di Jogjakarta,kami menggunakan travel seharga 45ribu/orang menuju kota Wonosobo. Dari wonosobo ada semacam elf kecil yang menuju Dieng tetapi hanya beroperasi sampai sore.Karena kami baru sampai dikota wonosobo pukul 10 malam kami mencari penginapan di Wonosobo (Hotel petra dekat alun-alun kota, biaya penginapan 180K untuk kamar kapasitas 3 orang, dengan air panas dan TV) .Kami baru berangkat menuju Dieng pukul 8 pagi keesokan harinya,  yang sayang sekali karena kami melewatkan kesempatan melihat sunrise Dieng yang katanya bagus. Sekitar pukul 10 kami sampai di Dieng Kami membayar 20 ribu bertiga untuk biaya transportasi (Kayaknya kemahalan, karena info yang saya dapat biasanya biaya transportasinya 4-5 ribu/orang).

Turun dari Bis masih sedikit mengantuk dan disambut udara sejuk sepoi sepoi .Jelas apa yang sangat kami butuhkan saat ini, Kopi.hehe.

Dan  untuk 3 kelas kopi dan semangkuk mie ayam+bakso, kami cuma membayar 10k- wew, murah sekali ya ampun.

Informasi tentang  transportasi kami dapatkan di sebuah kantor pusat Informasi di seberang jalan warung bakso. (Saya lupa nama kantornya, tetapi posisinya persis di pertigaan jalan).
Disini kami ditawarkan motor dan jasa guide yang mengantarkan mengitari daerah dieng.Biaya yang ditawarkan 50 ribu/motor diluar biaya bensin  dan guide 50 ribu/hari.Karena harganya standar, kami langsung sepakat tanpa menawar dan memulai perjalanan mengitari daerah dieng dengan menyewa 2 motor dan seorang mas2 guide yang memperkenalkan diri sebagai mas Rovik.

Tujuan pertama kami adalah telaga warna.

Telaga warna adalah sebuah danau sulfur yang terbentuk dari kawah yang mati. Disebut telaga warna karena sering memunculkan warna merah, hijau, biru, dan putih, tergantung cuaca.Dari sini pemandangannya indah sekali.

Di dekat telaga warna ada goa jaran,goa sumur dan goa semar.

Goa semar dipagari kunci gembok. Karena dikeramatkan oleh warga setempat, jadi hanya orang tertentu yang boleh masuk, biasanya untuk meditasi.

Katanya  almarhum mantan presiden soeharto yang penganut Islam Kejawen dahulu sering meditasi di goa ini. Tokoh publik lain yang pernah bermeditasi di goa ini yaitu Mantan Presiden Megawati dan Artis Mayang Sari (??biar tambah cantikkah??).Kalau para tokoh-tokoh ini sedang bermeditasi, pengawasan goa jadi super ketat.

Di telaga warna ada sebuah batu yang dikenal dengan sebutan Batu tertulis, katanya jika kita menulis dengan sepenuh hati dibatu ini, permintaannya bisa cepat terkabul seperti perantara antara manusia dengan Gusti Allah.
Untuk ini saya cuma menanggapinya dengan  tersenyum, tanpa ingin mencoba.Saya percaya  hubungan Tuhan-manusia adalah hubungan personal  tanpa membutuhkan perantara atau simbolisasi, kepercayaan seperti itu seperti asimilasi antara  kebudayaan animisme dengan kebudayaan Islam.Tapi saya menghargai orang masing-masing dengan kepercayaannya.

Mas Rovik juga cukup mengerti ketika tidak seorang pun dari kami  menuliskan permintaan di batu,

"ya balik kepada masing-masing percaya atau enggak, saya termasuk orang yang masih percaya"sambil tersenyum.

Mas rovik bercerita banyak sekali selama kami ditelaga ini.

Salah satunya tentang musibah erupsi sebuah kawah didaerah Dieng yang menewaskan ratusan orang.Kekayaan alam sekaligus ancaman diam-diam terhadap kehidupan masyarakat.Karenanya sekarang, ada beberapa kawasan yang tidak boleh dijadikan pemukiman.

Penebangan pohon tanpa izin merupakan tindak kriminal berat di dieng, akan ditindak tegas.

Lalu ada lagi cerita tentang anak-anak berambut gimbal.Saya pernah mendengar tentang ini dari tulisan salah seorang teman.Jadi ada beberapa orang anak yang secara misterius tumbuh rambut gimbal dikepalanya pada usia tertentu, biasanya anak perempuan. Rambut gimbal ini tumbuh beberapa kali dan tiap kali tumbuh akan menyebabkan si anak sakit panas. Tiap tahun, ada sebuah upacara untuk pemotongan rambut gimbal ini. Tapi untuk memotong rambut harus dari keinginan si anak, karena jika tidak maka rambut gimbal akan tumbuh lagi dengan disertai rasa sakit yang lebih dari sebelumnya.Rambut gimbal yang telah dipotong biasanya dibuang melalui upacara ditelaga warna.

Dari telaga warna kami melanjutkan perjalanan ke kawah sikidang dengan membayar biaya retribusi 6k/orang.

Kawah sikidang berupa area kawah aktif . Dari jauh terlihat uap sulfur mengepul keatas dari banyak sumber. Bau belerangnya tercium kuat sekali bahkan dari tempat parkir.Tetapi kawah ini masih aman untuk didekati karena uap sulfur yang keluar langsung bercampur dengan udara terbuka sehingga kosentrasi sulfur tidak sampai pada tahap membahayakan.Berjalan sedikit kearah atas kita dapat melihat kolam sulfur aktif dengan diameter +/- 3 meter dengan lumpur sulfur yang mendidih.Sulfur, dan panas, tampak seram dan berbahaya sekali.Disekeliling kolam diberi pagar kayu agar pengunjung tidak berada terlalu dekat dengan kolam sulfur.

Pertanyaan saya yang pertama muncul
"ada yang pernah mati disini ga mas?"

"wah, ada mbak.beberapa kali.tapi biasanya memang niatnya bunuh diri.Pernah dulu ada 2 orang yang  pacaran bunuh diri disini karena hubungannya ga direstui orang tua."

waduh.tragis sekali.

Dari kawah sikidang mas rovik dan abang menuju mesjid sementara saya dan kakak kembali berkeliling sembari menunggu solat jumat selesai. 

Dieng Plateau (Part 1-Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama)

Ada beberapa kota yang membuat saya jatuh hati padanya hanya dalam beberapa jam saya menginjakkan kaki ditanahnya.Atmosfer udaranya terasa akrab dan menghadirkan rasa nyaman, dan kota-kota ini membuat saya ingin untuk kembali kesana lain waktu.

Malang untuk udara yang sejuk seperti bandung tetapi dengan versi yang lebih rapi tanpa macet, Bali untuk mataharinya dan untuk tiap aspek kehidupannya yang dihiasi seni dan aroma liburan yang terasa dimana-mana,dan jogja untuk keramahan penduduknya dan gaya hidup sederhana yang menyenangkan. Dan satu lagi kota masuk dalam daftar saya, saat ini Dataran Tinggi Dieng.

dan yap, hanya dalam satu jam saya berada di daerah ini. saya langsung memutuskan,saya jatuh hati!

Referensi tentang daerah ini pertama kali saya dapatkan ketika turun dari gunung sindoro yang berada dikota wonosobo,kota yang berjarak 46 km dari Dieng. Sang penjaga gunung menanyakan tujuan kami selanjutnya lalu menawarkan perjalanan ke Dieng , sayang waktu itu kami terburu waktu. Dan promosi sang penjaga gunung membuat saya mencatat dieng sebagai tempat yang harus saya kunjungi suatu saat nanti.Beberapa waktu belakangan juga ada rekan yang sedang gencar mempromosikan Dieng sebagai salah satu tempat wisata, promosi yang menarik dan membuat saya semakin ingin ke sana.
Dan akhirnya saya mengunjungi tanah Dieng pada tanggal 26 Mei kemarin  (finally).

Point positif pertama yang muncul:

Udara yang sejuk dan tentu saja seperti kebanyakan daerah wisata di  Indonesia, like we all know,bentangan alam yang indah.

Dieng adalah dataran dengan rata-rata ketinggian 2000 mdpl. Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Kalo musim kemarau (biasanya juli dan agustus), suhu udara pagi bahkan dapat mencapai  0 °C di pagi hari. Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif. Kawah tersebar di banyak titik, dan sebagian besar diantaranya adalah kawah aktif.Potensi ini dimanfaatkan oleh pertamina untuk membuat pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Selain dari pariwisata, mata pencaharian masyarakat daerah sini adalah bertani dengan hasil utamanya adalah kentang.Saat mengelilingi kota dieng, kita bisa melihat pertanian kentang dimana-mana.

Saya hanya menghabiskan sehari didaerah ini,bukan waktu yang lama, tetapi  cerita-cerita disampaikan oleh guide kami selama menemani perjalanan dan berinteraksi dengan masyarakat  walaupun tidak banyak, dan kesimpulan yang akan saya sampaikan ketika bercerita pada orang lain :

Masyarakat yang menjaga orisinalitas, arif terhadap lingkungan dan warisan budayanya, menjaga orisinalitas, dan teramat ramah terhadap orang asing. Dan walaupun daerah ini merupakan daerah wisata ,tetapi tidak komersil terhadap pengunjungnya. Harga-harga makanan, penginapan,  transportasi, dan akomodasi atau jasa lain tidak "tourist minded" seperti kebanyakan daerah wisata, menyenangkan sekali.

Perpaduan antara udara yang sejuk, bentangan alam yang unik, dan warisan budaya ribuan tahun.

Minggu, 01 Mei 2011

Situ ciburuy (for the second time)

Dikepala saya terngiang-ngiang penggalan sebuah lirik lagu waktu sedang latihan dayung di Situ Ciburuy,tapi saya lupa lagunya judulnya apa, nadanya pun bahkan tak ingat.tapi karena terus terngiang-ngiang bahkan sampai latihan dayungnya beres, saya  akhirnya iseng menggogling dan menemukan lagu itu, Bubuy bulan!

ini dia penggalan liriknya :


Situ Ciburuy laukna hese dipancing
Nyeredet hate ningali herang caina
Duh itu saha nu ngalangkung unggal enjing
nyeredet hate ningali sorot socana

hokokay, saya tidak akan bercerita tentang lagu bubuy bulan, tapi tentang situ ciburuynya.

Ini yang kedua kalinya saya ke situ ciburuy, pertama kali waktu saya masih anggota muda, tahun pertama saya kuliah. Kesini waktu itu untuk latihan penyebarangan basah dan latihan dayung. Dan yang kedua kali ini, sabtu tanggal 30 April kemarin untuk  latihan dayung buat kejuaraan citarum open mei nanti.

Situ itu bahasa sundanya untuk danau.Jadi situ ciburuy artinya danau ciburuy.Situ ciburuy tempatnya di daerah padalarang, sekitar  15 menit dari tol padalarang ,kearah puncak.Dan tempat ini sudah dikelola menjadi tempat wisata.Tapi tidak tahu harga tiketnya  berapa,karena 2 kali saya kesini, tidak pernah lewat pintu masuk, hihi.kebiasaan mahasiswa

Kalau mau ke tebing citatah dari bandung, pasti melewati situ ini.Dari situ ciburuy tebing 125 sudah keliatan jelas. Jadi  sebenarnya, dulu saya sering sekali melewati danau ini, tiap kali mau latihan manjat di tebing citatah. Sayangnya tempat ini ga  begitu terkelola dengan baik, terlihat tak terurus jadi tidak begitu menarik untuk disinggahi.

Tapi walaupun begitu, walaupun airnya rada kotor (kehijauan), banyak sampah dipinggir-pinggirnya, dan danaunya tidak begitu  luas, situ ini danau paling dekat yang dapat dicapai dari kota bandung (sekitar 1 jam kalau macet).Jadi ya, kalau ingin latihan  dayung di air tenang, kami tetap saja akhirnya latihan di danau ini lagi.

Sebenarnya kalau diurus, dan sampahnya dibersihin, danau ini cukup bagus pemandangannya. Ditengah-tengah danau ada pulau  super kecil yang oleh anak-anak orad dinamai pulau "galau". Biasanya setelah capek mendayung, anak-anak istirahat dipulau  ini.Pura-pura terdampar , jauh dari daratan, dan capek, dan kelaparan, situasinya pas sekali buat curhat-curhatan dan kubis-kubisan menumpahkan atau mengorek kegalauan teman-teman se perahu. Dan itulah asal-usul nama pulau "galau" ini berasal.

Moment yang paling bagus disitu ciburuy ini, menurut saya sore menjelang matahari terbenam.Kalau difoto, wah, jingga kekuningan, romantis  pisan.(Dan memang tempat wisata ini sepertinya jadi tempat pacaran favorit remaja padalarang dan sekitarnya). sayangnya  kemarin kami tidak sampai sore disitu ciburuy,tapi saya masih punya beberapa file foto waktu pertama kali saya kesini.

 

 
hayo ini siapa?hihi*sumpah ini adegan rekayasa semata
 
so cool

Nah, kalau mau pemandangan yang lebih fantastis, coba ke citatah 125 (sekitar 5 menit dari situ ciburuy).Lalu naik kepuncaknya  waktu sore sebelum matahari terbenam. Kalau ga berani lewat depan, bisa lewat belakang.hehe.ada jalan setapak menuju puncak  citatah 125 . Tapi walaupun ga vertical2 banget cukup ekstrim sih jalannya. Jadi mesti hati-hati.apalagi kalau hujan , lumpur semua.jangan coba pake sendal, dijamin jatuh karena licin.sekitar 20 menit kepuncak.pemandangan diatas sini, beuh.keren

Walaupun ada yang mengganggu juga, pabrik2 kapur disekitar citatah lengkap dan cerobong asap lengkap dengan asap hitam yang mengepul2 dari lobangnya dan suara berisik dari pabrik.

Dan tetap saja, pemandangan menghibur. Kearah situ ciburuy  yang airnya mengkilap kekuningan karena cahaya matahari, dan pemandangan sekitar citatah.

Sayangnya saya tidak punya file yang begitu bagus dari atas sini, ini foto yang rada mendingan yang saya temukan dilatop saya, waktu saya artificial di citatah 125 bareng teman saya bambang

 
bisakah anda melihat situ ciburuynya dikejauhan ?hehe

 
puncak citatah 125

Nah itu hasil dari dua kali saya ke situ ini, kalau lain kali saya menemukan sisi lain menarik situ ini, saya akan menuliskannya lagi.

See-ya!

Sabtu, 23 April 2011

A trip to home via jambi (part 3,kerinci, swarnadipa highest land)

Swarnadipa.artinya pulau yang kaya emas.nama yang dahulu digunakan oleh bangsa Cina dan India Hindu yang mengacu pada pulau yang sekarang kita kenal dengan nama sumatera.Secara artian harfiah sumatera disebut swarnadipa karena memang banyaknya tambang emas disepanjang bukit barisan.Dalam artian tersirat, disebut demikian karena sumatera dengan kekayaan buminya yang melimpah, dan bentang alamnya yang  menakjubkan. (emas melambangkan kekayaan)

Salah satu kekayaan yang dimiliki pulau sumatera adalah taman nasional kerinci seblat yang sekarang secara administratif  kepemilikannya dikuasi oleh 4 propinsi, jambi, sumatera barat, bengkulu, dan sumatera selatan.Gunung kerinci berada dalam  wilayah taman nasional ini.Gunung kerinci dengan ketinggiannya 3805mdpl adalah gunung api aktif tertinggi diIndonesia. Dan Semua yang "ter-ter" itu, selalu menggoda untuk ditaklukkan.:).

Saya, termasuk satu yang tergoda keangkuhan gunung tersebut,menjadikannya satu target puncak yang harus saya capai sebelum  saya lulus kuliah,tetapi tidak menargetkan mendaki kerinci tahun 2009 itu. waktu, dana, tanggung jawab, tidak memungkinkan  saya berangkat kemanapun saat saya mau bermain.apalagi tempat yang jauh seperti kerinci. Ide yang muncul tiba-tiba,waktu dan dana dan situasi memberi saya kesempatan.hwaa,senangnya.

Saya berangkat hari jumat 26 juni dari jambi pukul 19.00 bersama 4 orang lainnya, bang koyu, bang jack, capling, dan vibi. Dan  nanti dari bangko akan ada 2 orang senior gitasada yang sudah lulus naik ke bis dan bergabung ke tim bertujuan kerinci ini.

Gunung Kerinci berada dalam 2 wilayah administratif, yaitu provinsi Sumatera Barat dan Jambi.Gunung Kerinci terletak di Bukit  Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Terdapat dua alternatif jalur pendakian di gunung Kerinci. Jalur pertama berada di desa kersik tuo Kabupaten Kerinci,Jambi.Para pendaki biasanya menggunakan jalur ini untuk mencapai  puncak.Satu jalur lagi berada di daerah Solok Selatan.Jalur ini baru dibuka tahun 2007 lalu dan jarang digunakan pendaki umum.

Kami memakai jalur kersik tuo pada pendakian kali ini. Desa kersik tuo berada di kecamatan kayu aro, kabupaten kerinci, jambi. Desa ini dapat dicapai menggunakan kendaraan umum dari sungai penuh. Dari padang, sungai penuh dapat dicapai dalam waktu 6 jam. Sementara dari jambi,membutuhkan waktu 12 jam untuk mencapai  kota tersebut.

Saya terlelap sepanjang malam dibus dan bangun saat subuh dan melihat jalan sekitar yang dikelilingi hutan rimba belantara yang  terasa sangat "hijau". Dikejauhan dataran ini dikelilingi berbagai puncak.weyowww.ditambah keadaan jalanan sempit yang jelek  ,Saya merasa jauh sekali dari peradaban.Berada didaerah baru selalu menimbulkan semangat dan rasa ingin tahu.

Diperjalanan, bus ini melewati sebuah danau, tidak terlalu besar tapi keren.Udara pagi menyisakan kabut tipis diatas permukaan  danau, memberi kesan sedikit mistis.cool.tapi saya tidak menanyakan namanya apa.

Sampai di sungai penuh pukul 09.00 wib dan langsung mencari kendaraan ke desa kersik tuo.Menggunakan kendaraan umum  sejenis angkot dengan biaya 15k.perjalanan ke desa kersik tuo 2-3 jam. Pada perjalanan itu  kami sampai didesa kersik tuo  sekitar pukul 11.00 wib. Kami istirahat di sebuah warung tepat didepan gerbang jalur kersik tuo.Ngecek logistik yang kurang,lalu  belanja diwarung  ini,warungnya cukup lengkap didaerah yang cukup terpencil seperti desa ini.

 
gerbang jalur pendakian

Desa kersik tuo dikelilingi kebun teh, khas desa-desa perkebunan teh.Sejuk,dan hijau.Dikelilingin perbukitan dan puncak-puncak  tinggi.Selain kerinci, objek wisata yang sering dikunjungi adalah gunung tujuh yang memiliki danau gunung tujuh, danau dengan  ketinggian 1996mdpl dan merupakan danau tertinggi diasia tenggara.sayang karena waktu yang tidak memungkinkan kami tidak  mengunjungi gunung ini. Satu alasan kenapa saya masih begitu ingin kembali mendaki gunung kerici.Mayoritas penduduknya  adalah orang jawa. Bahasa yang digunakan pun unik dengan dialek khas kerinci. Tidak seperti bahasa jambi maupun bahasa  minang.

Perjalanan kami terbatas waktu, jadi kami merencanakan perjalanan ngebut, mendaki kerinci dalam 2 hari.heiyyyo.dan saya  sudah lama tidak mendaki gunung dan jarang berolahraga.bekal niat hajar saja.hoho.Perjalanan standar-normal untuk menempuh  kerinci 3 hingga 4 hari jika cuaca bersahabat, karena jika cuaca tidak bagus, berbahaya sekali untuk naik ke puncak . Untuk  berada dipuncak pun hanya boleh dipagi hari, karena begitu siang, angin yang membawa asap belerang beracun akan mengarah  kejalur pendakian.berbahaya tentu saja.*ingat gie yang meninggal karena terjebak racun belerang?heu

Untuk pendakian dapat diurus di sebuah kantor yang dikenal dengan R.10(1611 mdpl), pondok balai jaga yang mengawasi setiap  pengunjung yang akan naik kerinci.

Kami mendaki pukul 13.00 wib, Dari R.10 ke pintu rimba jika ditempuh berjalan kaki sekitar 1 jam. Untungnya kami bertemu truk  pengangkut sayuran yang memberi tumpangan hingga ke batas ladang dengan hutan yang gerbang awal pendakian yang dikenal  dengan pintu rimba (1800mdpl) .

Cukup menghemat waktu dan tenaga, terima kasih untuk bapak truk yang baik hati.:)

Jalur kersik tuo memiliki 2 pos dan 4 shelter.

Dipintu rimba, ada shelter dan lokasi air 200 meter sebelah kiri (menghadap gunung kerinci).Target pertama yaitu Pos Bangku  Panjang (1909 mdpl).Jarak tempuh ke Bangku Panjang 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasan trekking nya cukup landai.

Dari pos bangku panjang kami terus ke pos batu lumut (2000 mdpl) . Di pos ini tidak ada shelter, tapi cukup nyaman untuk beristirahat.Ada banyak pohon-pohon besar tumbang yang enak buat duduk dan bersandar.

Medan menuju batu lumut juga masih landai,jarak tempuhnya sekitar 2 km , kami  menmpuhnya dalam waktu tempuh 30 menit.

pos2


Kami istirahat sebentar saja lalu meneruskan perjalanan ke shelter 1 (2225 mdpl). Tempat ini memiliki sebuah pondokan. Tapi waktu kami disana, shelternya sudah rusak. Atapnya shelter tidak berada pada tempatnya.:(. Di sini terdapat sumber air  , tapi katanya cuma sungai kontemporer yang berair pada musim hujan. Kami sampai di shelter 1  pukul 15.30 wib. Disini istirahat cukup lama.Belum terlalu capek, karena rute yang masih cukup landai.Kejutan diperjalanan menuju shelter 2 (2510 mdpl). Mulai terjal dan mulai terlihat lemahnya fisik saya yang jarang olahraga.iklimitisasinya luamaa.mwaa.sesak nafas.Kami sampai di shelter 2 pukul 17.00 wib.

Dan ternyata bukan saya saja yang ngos-ngosan.hehe. 2 senior yang udah kerja dan jarang olahraga itupun juga.ditambah faktor  usia yang mengurangi ketahanan fisik.hehe.Vi-bi  kesusahan karena harus mengikuti ritme langkah cowok yang cepat dan capling  memang masih baru dalam pendakian.

 
shelter2

Dan memang kami mendaki cukup cepat, jadi yaa..tepos2 dikit.:D. Cuma Bang Jack dan bang Koyu yang tidak memperlihatkan kesusahan sama sekali. Tetapi perjalanan ini menyenangkan, abang2 ini menghibur teramat.Kadang-kadang bernyanyi, mengajarkan kami lagu-lagu jambi  plesetan.

Kami istirahat lama di shelter 2, sekitar setengah jam. Dari sini pemandangannya sudah terbuka dan kami bisa melihat  pemandangan daerah kayu aro dari ketinggian. Dan masih kedengaran suara-suara orang mengaji menggunakan mikrofon. Suara-suara motor juga masih kedengaran.

Katanya, daerah yang mulai masuk aman untuk bermalam itu mulai dari shelter 2 ini. Dibawah , berbahaya untuk bermalam karena banyak harimau berkeliaran.

Pukul 17.30 kami melanjutkan perjalanan, tujuan selanjutnya shelter 3 (3037 mdpl) terus kshelter 4 (3351 mdpl), dan kami  berencana untuk bermalam di shelter 4 agar tidak terlalu jauh besoknya menuju puncak.waktu tempuhnya 3 hingga 4 jam. kami sampai dishelter 4 pukul 20.30 wib. Karena malam, saya tidak begitu menyadari bahwa jalurnya ekstrim.Sering mesti memanjat akar pohon karena jangkauan kaku saya tidak cukup ketapakan selanjutnya,dan saya baru menyadarinya ketika turun.

Dishelter 4, pemandangannya terbuka, bisa melihat dengan bebas ke desa kersik tuo.dan ada dataran luas yang bisa dijadikan tempat mendirikan tenda.ada sumber air juga. Senangnya malam itu cerah sekali, langit cerah dan bintang-bintang terlihat jelas. Dibandung, nyaris tidak bisa melihat bintang dilangit kotanya, karena kalah oleh cahaya kota.Mesti ke hutan dulu kalau mau lihat bintang, senang.

Pendakian cepat hampir 8 jam menguras tenaga.semuanya kelelahan jadi setelah masak kami langsung istirahat dengan rencana bangun jam 5 pagi buat muncak. Tapi kami semua baru bangun pukul setengah 7 pagi harinya. Dinginnya bikin malas kehilangan kehangatan sleeping bag. Jadi kami baru menuju puncak pukul 7.

Dibatas vegetasi  terdapat papan pengumuman yang berisikan larangan membuat rute baru dan informasi mengenai lintasan pasir dan cadas harap berhati-hati.Dari batas vegetasi ke atas, jalur pendakiannya dipenuhi batu-batu kecil dan kerikil, bekas luapan kawah api. Tidak begitu menyulitkan ketika naik, tidak seperti jalur kepuncak mahameru  yang pasirnya bergerak turun sehingga menyulitkan kita naik.Tetapi mesti berhati-hati kalo turun, biar ga kepleset.Saya sendiri jatuh beberapa kali ketika turun dengan ceroboh, meninggalkan oleh-oleh memar merah disekujur kaki.sebanding

 
menuju puncak

Kami sampai di puncak pukul 10.00 wib.

i'm on the swarnadipa highest land.mamaaahhhhhh

 
kerinci 3805mdpl

Cuma sebentar kami di puncak, karena berbahaya terlalu lama di puncak. Berdoa sebentar lalu selebrasi kecil-kecilan merayakan keberadaan kami dipuncak tertinggi di sumatera ini.Fotofotooooo. :D

 
Kalau sedang cerah, Gunung tujuh terlihat dikejauhan

Saya sempat melihat ke dasar kawah, wowww.keren.melihat larva panas menggelegak berpijar merah sekali.keren.konon katanya, kawah api itu bisa menghipnotis jika dilihat terlalu lama.

 
pinggir kawah berasap

Ada sedikit cerita sedih, dan saya baru tau ketika sampai di puncak vibi terlihat menangis dan berdoa cukup lama.
ternyata, vibi ke jambi dalam rangka menjenguk makam seorang yang disayanginya yang meninggal di jambi, lebih tepatnya bangko tahun 2008. meninggal hanyut disungai dalam sebuah acara arung jeram dikota bangko.Mereka dulu berencana mendaki kerinci bersama.so sad.:(.
saya tiba-tiba teringat janji mendaki bersama beberapa orang yang belum sempat saya realisasikan.akankah sempat?heu

Kami turun, sekitar 1 jam-an hingga kshelter 4 lagi.Istirahat masak makan.Berbincang menertawakan kebodohan-kebodohan disepanjang perjalanan kami tadi.Perjuangan yang sulit dan menyenangkan.Kadang-kadang pengen berhenti tapi ngerasa nanggung lanjutin berhenti lagi tarik nafas jalan lagi dan akhirnya sampai juga kepuncak.

 
setelah muncak

Kami packing dan bersiap-siap turun jam 13.00 wib. Target kami sampai pukul 17.00 wib digerbang rimba, jadi mesti ngebut ketika turun.

Dan kami sampai di gerbang rimba sekitar pukul 17.30.

Lelah, dan senang .:)

*to be contionued to part 4, way back home 

a trip to home via jambi (part 2, jambi yang romantis)

2 hari berikutnya saya habiskan di kota jambi. Tidak terlalu banyak sebenarnya saya mengelilingi kota jambi.waktu dua hari itu lebih banyak dihabiskan disekre,ngobrol, maen gitar, maen catur.

Karena target awal saya memang kerinci, disekre saya lebih banyak mencari info bagaimana mencapai gunung itu dari jambi. and lucky me, anak-anak gitasada menawarkan mengantarkan saya langsung ke gunung kerinci. wah, tidak menyangka sekali. karena saya awalnya dijambi cuma berencana transit sebentar dan mencari  teman yang memang ada rencana ke kerinci.

Saya tidak berencana minta ditemani, perjalanan dari Jambi ke daerah kerinci itu JAUH. hampir 12 jam perjalanan. lebih jauh dari perjalanan bandung ke jogja. jadi ketika mereka menawarkan mengantarkan, saya kaget sekali.sungkan, tapi senang.hehe.Karena rencana mendadak ini,  vibi juga tib-tiba ingin ikut ke  kerinci.padahal dia tidak mempersiapkan diri dan membawa perlengkapan untuk melakukan pendakian.

Rintangan pertama yang muncul, saya mendapat informasi kalo kerinci ternyata sedang siaga II, dan tidak boleh didaki.Oh my.

Bang firman sang ketua hati-hati sekali waktu menyampaikan informasi ini, takut saya kecewa sepertinya karena saya sudah datang jauh-jauh dari bandung untuk naek kerinci.sedih sih memang. lalu saya jelaskan ke si abang kalau ini memang perjalanan mendadak sekalian pulang yang tidak benar-benar dipersiapkan, jadi saya pasrah.mungkin bukan rejeki saya merasakan kerinci tahun ini. Si abang baru 'ngeh kalo saya orang minang yang dalam perjalanan pulang. dan ternyata dia punya darah sana juga.jadilah  maota lamak nostalgia kampuang tercinto sambil menghibur diri.hehe

Lalu datang bang Jack, membawa info baru.katanya ada tim yang baru turun mendaki kerinci dari jawa juga.WAH.masih ada kesempatan.Lalu bang jack bilang, "kito tetap berangkat be yo dek, bisa ndak bisa gek dipikirin, kalo ndak bisa ke kerinci naik gunung tujuhlah kito". artinya kira-kira kami tetap berangkat, kalaupun tidak bisa naik kerinci, kami naik gunung tujuh aja, gunung yang didekat kerinci.
Horay.

Halangan kedua, koko batal ikut.yaa lohh.Ga enak tentu saja, karena dia excited sekali waktu saja ajak ke kerinci,dan dia yang membawa saya ke gitasada.heuheu. Dan tentu saja dia sudah berkorban cukup banyak untuk sampai ke jambi. biaya dan waktu. Alasannya karena , karena kerincinya belum tentu bisa didaki. padahal dia ada kerjaan yang ditinggalin di palembang.tidak mau setelah ninggalin kerjaan, ga naek kerinci juga. Bujuk membujuk, tidak berhasil juga.heyyyya.dan akhirnya perjalanan saya ke kerinci hanya bersama anak-anak gitasada dan vibi.

Malamnya saya diajakin keliling kota jambi,
Ada sebuah pusat keramain dikota jambi, lupa euy namanya apa. tempatnya dipinggir sungai batang hari,di depan rumah wali kota jambi. dengan lampu jalan dengan cahaya kuning yang menyoroti sungai,serta ada beberapa orang yang mendayung perahu disungai (ngapain yak malam-malam?), suasana sungainya terasa romantis sekali.seperti di italia (lebay,hehe). dan memang tempat itu katanya tempat favorit pacaran anak-anak muda jambi.hihi.

 
dipinggir batang hari

Lalu ada beberapa orang yang mendatangi kami.ternyata teman temannya anak gitasada juga, sesama mapala di jambi. Mereka datang, karena mendengar kabar ada tamu dari bandung.hwaaa. senang lagi. Benar-benar diperlakukan istimewa oleh orang-orang baik ini.Lalu saya diajakin ke sekre mereka.

Akhirnya sepanjang malam saya berkeliling ke beberapa sekre di jambi. di salah satu sekre saya bertemu dengan dedengkot mapala di jambi, umur 50-an.(wow,tetua ), yang masih aktif dikegiatan-kegiatan ke mapalaan di jambi, terutama kegiatan wall climbing. saya banyak diceritakan pengalaman hidup beliau dan sejarah ke mapalaan dijambi.dini hari baru kembali dan beristirahat disekre gitasada.

Kesan saya tentang jambi?
hmm pertama,panas.hehe.walaupun kota tempat saya dibesarkan juga lebih panas.tetapi karena 2 tahun belakangan saya habiskan dikota yang nyaris sepanjang tahun hujan dan malam2nya dingin sekali. saya mulai tidak begitu terbiasa dengan panas.

Hmm kedua, tenang dan rapi. tentu sajaaaa.dibandingkan kota bandung yang crowded,macet disana sini, jalan-jalan penuh lubang,belum lagi kalo akhir pekan minta ampun ramainya kedatangan turis domestik.jadi saya senang disini.

Hmm ketiga.datar.datar sekali. sepanjang mata memandang tidak ada pebukitan atau dataran tinggi. dan tidak ada bangunan yang begitu tinggi juga.

Hmm keempat, sumatera sekali.cuma istilah saya, susah menjelaskan maksudnya.mungkin sesama orang-orang sumatera mengerti.hehe.penggunaan bahasa daerahnya masih kental,i just feel like home.


 
pemandangan sore jambi dari sekre gitasada

 
sore bersama teman-teman gitasada sebelum berangkat ke kerinci

Pagi hari berikutnya saya habiskan di sekre gitasada sambil mempersiapkan logistik yang mesti dibawa untuk pendakian, dan siangnya saya ditemani bang koyu, vibi, dan mbe belanja kebutuhan dibeberapa tempat.

Kami akan berangkat ke daerah kerinci sore nanti,26 juni pukul 19.00 wib pake travel dengan biaya 75k.cukup murah untuk sebuah bis ac- dengan lama perjalanan 12 jam dan jalan yang katanya sangat jelek.

a trip to home via jambi (part 1, perjalanan dan teman2 baru yang menyenangkan)

I've got lucky!

kesempatan melakukan perjalanan ke jambi dan merasakan nikmatnya berada dipuncak gunung api aktif tertinggi di Indonesia,kerinci 3805mdpl, bulan Juni tahun 2009 lalu(whoaaaaa, it's almost 2 years ago, i'm getting old.-___-).

Tapi saya belum pernah bikin cerita yang lengkap tentang perjalanan saya waktu itu, dan hari diingatkan lagi untuk menyelesaikan hutang yang belum lunas karena seorang teman meminta catatan perjalanan buat info ke kerinci.

start with words decribe that journey : it was really GREATGREATGREAT journey.

pertama itu perjalanan terjauh yang pernah saya lakukan sendirian, (though longer, i'm not count mytrip back home as journey),kedua saya dapat kesempatan merasakan gunung tertinggi yang pernah saya daki sampai saat ini, ketiga saya bertemu orang-orang  yang memperlakukan saya seolah keluarga lama mereka.mereka orang yang baik sekali.i got much new friend from this journey.

Perjalanan ke Jambi tidak ada dalam rancangan hidup awal tahun saya. Pengennya sih ke lombok,semeru sama ke Bali.yah,sebulanan pas liburan. Jadi pulang kerumahnya diskip dulu sampe lebaran yang cuma sebulan abis liburan. Tapi akhirnya saya memutuskan pulang dulu 1-2 minggu buat setor muka sama orang tua. Tiba-tiba muncul ide mendadak, kenapa saya tidak ke jambi sekalian?mencicipi kota jambi sekalian kalau beruntung mencoba gunung kerinci.

Saya lalu menghubungi teman saya anak palembang yang pernah mengajak saya ke kerinci juga.gayung bersambut, dia punya waktu kosong pada yang bersamaan.setelah mencocokkan jadwal, kami janjian ketemuan di jambi dan dia memberi saya kontak anak jambi yang bisa dihubungi untuk perjalanan ke kerinci. waktu itu saya belum punya kenalan di jambi.

Tanggal  23 juni 2009, saya naik bis dari bandung ke jambi. tadinya pengen naik bis ekonomi buat menghemat biaya,tapi ternyata beda harga tiketnya dengan bis ac cuma 30k  (210k buat bis non ac, dan 240 k buat bis ac), akhirnya dipikir-pikir penderitaan yang tidak sebanding dengan beda harga, saya naik bis ac.Saya sampai di palembang sekitar pukul 11.00 besoknya 24 juni, dan sampai di jambi pukul 18.00 wib

karena HP saya kehabisan baterai dijalan, saya ga bisa langsung menghubungi kontak yang diberi begitu sampai. Jadi saya mandi dan solat magrib dulu sambil nunggu baterai hp saya diisi.Perjalanan lebih dari 24 jam yang bikin pantat tepos, fresh sekali setelah mandi.

Lumayan lama saya menunggu, cukup lama untuk saya diliatin dan ditanyain macem-macem sama orang-orang di pool bus.

"nak kemano dek?"
"tasnyo besak nian, pindah rumah yuk?"
"sendirian be, kok ga bareng temen de?"

"pacaklah abang aku bahaso jambi, sikit2", *dalam hati*

Ga pedeeeeeeeeee,itu masalahnya...sama kayak bisa bahasa sunda, tapi ga bisa makenya,takut salah ngomong malah diketawain.

Ada yang dateng pake vespa, lalu saya masang tampang sok akrab karena berfikir itu orang yang bakal jemput saya. tapi saya dilewatin ga dilirik sama sekali.*ngareppp...

tapi ternyata lalu dia balik lagi, lalu nanya, "maul yah?".

"iyah2 mas, saya maull" *senyum sok akrab*

Ternyata karena dia cuma dikasih perintah suruh jemput orang yang namanya maul, dia mikirnya saya cowok.Bukan orang pertama yang mikir saya cowok dari nama panggilan saya itu.

*by the way, "maul" is a nick name that my college friends choose to call me, my family and my old friend call me "ulfa", and later you see me, i'm prefer you to call me ulfa, if you don't mind, :).

Teman baik hati pertama yang saya temui yang menjemput saya waktu itu namanya capling

Dia dari mapala gitasada, mapalanya universitas batang hari jambi.Dan saya diantar ke sekre gitasada.

Begitu sampai disekre, saya langsung diajak makan.kebetulan ada anggotanya keluarga gitasada sedang berkunjung dan membawa hidangan ke sekre gitasada (whoo,keren, jarang-jarang anak mapala berani mengenalkan keluarganya ke teman-teman mapalanya,you-know-why).

nama lelaki baik hati berikutnya yang saya kenal bang koyu.
lalu ada bang
jack, ketuanya bang firman.
lalu ada lagi cowok yang lucu sekali, hobinya ngeledekin saya.namanya mbe.
yang besoknya selama di jambi sering mengajak saya ngobrol dan mengantarkan saya mengelilingi kota jambi .saya memanggilnya bang sandi  dan beberapa abang2 lain yang tidak saya sebutkan satu-satu.

Kebetulan ada tamu dari jakarta yang juga yang sedang main disana.cewek, sendirian juga( jago-jago yaa cewek zaman sekarang,;P).panggilannya vie-bi.
temen saya yang dari palembang belum datang.

Lalu saat saya mengaku orang padang,langsung pada rame "yah urang awak juo.."
whehehe.lumayanlah, ga perlu ngomong2 ala sunda atau jawa lagi.bisa pake dialek sumatera.walau sedikit kagok awalnya karena jarang dipakai...

Teman saya saya sampai tengah malam di jambi.saya memanggil dia koko.

Setelah makan,kami ngobrol, sambil gitaran.
Senang,
karena saya mendapatkan perjalanan yang lancar ke kota ini, disuguhi pemandangan unik sepanjang perjalanan .thanks God
dan karena saya yang asing diperlakukan sebagai keluarga oleh orang-orang baik hati ini,
dan karena akhirnya saya merasakan lagi kota jambi setelah lama sekali (terakhir saya ke jambi waktu SD).nice city.Bukan kota besar, but feels like home, mungkin karena atmosfernya sudah sumatera.hehe

Saya tidur lebih awal daripada biasanya, tepar sepertinya,hehe.
dan saya disediakan bantal untuk tidur, woooaa.semakin senang. :)