Jumat, 23 Desember 2011

mine,my precious

Sebagai penikmat buku-buku fiksi dongeng saya sering berakhir dengan patah hati ketika akhirnya si buku di filmkan.Pertama visualisasi yang dikasih film tidak semenarik visualisasi yang muncul diimajinasi saya ketika membaca. Yah membuktikan kecanggihan teknologi animasi dan perfilman jaman sekarang belum bisa melebihi imajinasi manusia. Kedua banyak cerita yang harus dipotong.*sungguh, ketika bagian favorit anda tidak ditampilkan rasanya hampir mendekati seperti patah hati*. Ketiga, deskripsi emosi dan suasana ga akan sedetail seperti dibuku.Bayangkan ketika adegan-adegan heroic, romantis,dramatis yang muncul diimajinasi anda ketika membaca buku tiba-tiba berubah menjadi adegan alay yang terlalu dipaksakan di film.Tindakan kejam terhadap imajinasi pembaca.

Nah, tapi ada juga film yang diadaptasi dari buku fiksi yang tidak mengecewakan menurut. Well satu-satunya (menurut saya) : LORD OF THE RING *setuju?*

Kekecewaan-kekecewaan ini ternyata berdampak lebih lanjut pada saya,setelah terlalu sering dibuat patah hati saya bertekad untuk tidak lagi nonton film yang diadaptasi dari buku yang sudah pernah saya baca.Tekad yang tidak perlu memang.Saya toh juga tidak bisa bikin film.
Tapi seperti bisik-bisik menyebalkan gollum,

"mine.. my precious.."


Kalo dia bilang itu sama si cincin, saya membisikkan itu pada imajinasi saya.
satu-satunya tempat dimana saya benar-benar bebas berekspresi sesuka saya. Ketika imajinasi saya dibikin patah hati terus sama film yang tak pernah memenuhi ekspetasi. wajar-wajar saja si saya bersikap seperti itu . Yah saya mencukupkan diri dengan visualisasi di imajinasi saya saja. :P

Tidak ada komentar: