Rabu, 24 Agustus 2011

Percakapan yang Dihindari

Kalo lagi berkumpul dengan teman atau saudara,biasanya topik favorit si ibuk atau ayah adalah tentang anaknya.anaknya sekolah dimana,anaknya udah dapat prestasi apa,anaknya habis ngelakuin apa.hal-hal besar, sampe hal-hal kecil yang menurut saya ga penting.biasanya,yang lain menimpali dengan menceritakan anaknya.dengan tidak kalah semangat tentunya.

kalo udah sampe tahap obrolan kayak gini, biasanya si saya kabur atau pura-pura terlihat sibuk melakukan apa biar tidak terlibat percakapan.bukan apa-apa sih.tapi malunya itu loh.Belum kalo ceritanya kadang berlebihan atau beliau-beliau tercinta membuat kalimat yang tidak bohong tapi menimbulkan  interpretasi berbeda.

Dan saya seyakin-yakinnya,saya bukan satu-satunya yang melakukan ini.Suatu waktu saya pernah bertemu dengan bapak dari seorang kakak almamater yang sudah menikah dan punya anak.dan begitulah percakapannya, dapat ditebak.Si kakak dari belakang bapaknya hanya senyum-senyum malu dan risih.dan saat ceritanya mulai beranjak tentang hal-hal kecil mengenai dia yang mungkin bisa bikin malu,si kakak langsung mengalihkan pembicaraan.

"udah ah pak, malu.maaf ya, bapak emang suka gitu kalo udah ceritain anaknya.suka bikin malu"hehe.padahal saya sebenarnya senang-senang saja mendengarkan cerita sang bapak (Lumayan kan kalo bisa tau aib si kakak,buat bahan ceng-cengan,hehe)

Dulu waktu SMA saya pernah protes sama si ibuk, "mah, kenapa sih kalo udah ceritain soal anak semangat banget, kan malu mah akunya"

Si Ibuk menjawab dengan sedikit sewot, "apalagi sih yang bisa diceritain orang tua kalo bukan anaknya?masak yang gitu aja protes.kamu watu kecil banyak nangis mama ga protes kok"

Waduh.kalo jawabannya udah gitu saya langsung diam.dan sejak saat itu, saya ga pernah protes lagi soal kebiasaan orang tua yang satu itu.biasanya saya kabur,ato kalo kepepet mengalihkan pembicaraan.

Belakangan saya banyak melihat perjuangan teman-teman atau saudara yang telah menjadi orang tua mencurahkan seluruh tenaganya untuk menjaga si anak waktu kecil,giving everything, bahkan mimpi-mimpi mereka sekalipun.

Dan itu benar-benar bikin saya maklum dan pasrah menerima kodrat saya,bahwa dimata orang tua saya saya akan selamanya jadi milik mereka.yang diceritakan dan dibanggakan.

home, 24 agustus 2011.
Orang tua saya ga punya akun sosial network,untungnya.hehe.Love you both mummy daddy.muah

2 komentar:

Dani Artana mengatakan...

Memang, mereka bangga teramat dengan keberadaan kita, bangga dengan cara apapun.
Dengan masa hidup kita yang berbeda, maka apa yang kita pikirkan dan ucapkan pun berbeda. Begitu juga dengan tua muda, apalagi Ibu dan anak.
Mari kita sayangi Mak Bapak kita!! :D

maria ulfa mengatakan...

wah, sebawel2nya orang tua saya tetap sayang mereka kok mas.hehe