Minggu, 01 Mei 2011

Zero Waste Community

Data statistic yang ada menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota Bandung saat ini setiap tahunnya sama dengan 33 kali volume candi Borobudur. Sebelum tahun 2005, biaya yang diperlukan untuk mengangkut sampah ke TPA (Leuwi gajah) adalah ± Rp 30.000.000,00 setiap harinya, dan sekarang lebih dari Rp 100.000.000,00 perharinya. Pada tahun 2005, terjadi musibah longsornya timbunan sampah di TPA leuwi gajah yang disebabkan jumlah sampah yang ada di TPA  leuwi gajah saat itu sudah melebihi kapasitasnya. Saat ini, biaya pengangkutan sampah keTPA mencapai hingga Rp 100.000.000,00 perharinya. Pengelolaan sampah adalah permasalahan krusial yang harus ditemukan solusi tepat dan efektif secepatnya. 

Sesuai dengan hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energy tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi  hanya dapat berubah bentuk,materi hanya berputar-putar dialam. Penyusun materi dasar seperti oksigen, karbon, natrium, hydrogen, fosfor, dan lainnya pada dasarnya tidak berkurang satupun dimuka bumi.

Dari hukum kekekalan energy, dapat ditarik kesimpulan bahwa membuang sampah sama dengan memindahkan sampah, sama dengan memindahkan masalah.Dengan kata lain, membuang sampah tidak mengatasi permasalahan sampah dengan menyeluruh.Yang terjadi selanjutnya adalah pencemaran lingkungan.
Masalah yang diakibatkan sampah yang kita ketahui diantaranya yaitu merusak keindahan, menimbulkan bau tak sedap, menimbulkan bibit penyakit, dll. Selain itu sampah juga mengandung racun yang membahayakan kesehatan manusia. Racun ini bisa mengakibatkan kanker, cacat pada bayi dan manusia, kerusakan hati dan ginjal , kerusakan syaraf (penurunan kecerdasan atau autism, turunnya daya tahan tubuh, dan banyak efek lainnya.
Racun dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara, air, dan makanan. Racun-racun yang dikandung oleh sampah dapat lepas ke lingkungan karena pembakaran, bisa juga karena terurai sendiri oleh cuaca.

Contoh, racun jenis dioksin yang dikandung oleh PVC yang banyak digunakan dalam keseharian manusia seperti pipa, koper, bagian-bagian mobil, botol sampo, botol minyak goring, dll. Ketika sudah tidak digunakan lagi, benda-benda ini  jadi sampah rumah tangga. Ketika dibakar, racun dioksin yang dikandungnya akan lepas ke udara terbuka yang dihirup manusia.Beberapa efek yang ditimbulkan jika paparan terhadap zat ini melewati kadar toleransi tubuh seperti kanker, penurunan kekebalan tubuh, dan cacat terhadap bayi.Contoh lain logam berat seperti merkuri, admium dan timbale yang terkandung dalam plastic dan berbagai produk logam seperti baterai, akan tersebar dan mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik dan dapat dengan mudah masuk ke tubuh manusia. Jika akumulasi yang terjadi dalam tubuh telah melewati kadar toleransi, bisa menganggu metabolism tubuh, bisa menyebabkan kanker, penurunan kecerdasan dan cacat pada bayi, serta gangguan pada sisten syaraf.

Karena itu sampah tidak boleh dikubur/ ditimbun,  dibakar, dan berserakan.Hirarki penanganan sampah digambarkan secara umum oleh bagan berikut :

Salah satu solusi yang diajukan untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sampah ini adalah “ZERO WASTE COMMUNITY
Apa yang dimaksud dengan zero waste?
Zero waste didefinisikan secara singkat sebagai pengelolaan siklus materi secara cerdas. Semua materi diberdayakan secara maksimal hingga tidak ada atau meminimalkan materi yang dibuang. Dengan memandang sampah sebagai sebuah sumber daya yang dapat digunakan, maka diharapkan dapat meminimalkan sampah yang dibuang kelingkungan.
Bagan berikut menggambarkan secara singkat bagaimana memaksimalkan penggunaan sumber daya : 


Dari bagan tersebut terlihat bahwa proses difokuskan pada pengolahan input dan pemaksimalannya penggunaannya dalam lingkaran proses sehingga mengurangi output atau materi tidak terpakai yang dibuang dari proses yang nantinya akan menjadi beban lingkungan. Usaha pemaksilan ini dapat dilakukan dengan konservasi materi.

Lalu apa yang dimaksud dengan Zero Waste Community?
Zero waste community adalah solusi yang diajukan untuk mengatasi pengelolaan  sampah dengan menyerahan pengelolaan sampah masing-masing lingkungan kepada komunitas lingkungan itu sendiri.
Ambil contoh pengelolaan kampus di komunitas pemukiman/perumahan.

Komunitas ini dibentuk oleh kumpulan keluarga dimana keluarga terdiri dari beberapa personal yang memiliki peran berbeda-beda.Komunitas terkecil yang membentuk sebuah pemukiman adalah rumah. Jadi pembentukan zero waste community dimulai dari rumah tangga. Tiap personal diharapkan memiliki wawasan tentang konservasi materi dan zero waste. Personal yang berperan sebagai pengelola rumah tangga dirumah memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah dirumahnya dan melakukan usaha konservasi materi dengan melibatkan seluruh anggota rumah sehingga meminimumkan sampah yang dihasilkan sebuah rumah tangga. Dengan meminimumkan sampah yang dihasilkan rumah tangga, maka secara otomatis akan meminimumkan sampah yang dihasilkan sebuah pemukiman sehingga dapat mengurangi pencemaran yang terjadi karena sampah.
Untuk membentuk sebuah zero waste community, harus diadakan training secara berkala kepada personal-personal dalam sebuah komunitas tentang pengelolaan sampah secara zero waste serta penyebaran pemahaman wawasan tentang konservasi materi kepada personal komunitas secara rutin. Kegiatan-kegiatan konservasi materi juga perlu dilakukan secara bersama-sama. Diharapkan dapat meningkatkan semangat komunitas sehingga menjadi lebih maksimal lagi dalam pengelolaan sampah.. Manfaat lain yang hendak diambil dengan prinsip pengelolaan secara komunitas ini agar saling mengingatkan dan membantu dalam menjaga kebiasaan yang baik.
Berikut contoh konservasi yang dapat dilakukan :
1.   Reuse
Reuse adalah usaha menggunakan kembali sampah. Usaha penggunaan kembali ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Gambar dibawah contoh barang reuse :



2.     Recycle
Recycle yaitu usaha mendaur ulang untuk mengubah sampah menjadi produk baru kembali.
Contoh :
·         Mendaur ulang kertas-kertas bekas menjadi kertas atau karton kembali
·         Menggunakan botol plastic bekas minuman untuk pot bunga

3.      Composting
Composting adalah sebuah cara untuk mengelola sampah agar menjadi pupuk.

*dirangkum dari presentasi mas David YPBB pada acara seminar sahabat bumi KMPA Ganesha ITB, 23-24 April 2010

Tidak ada komentar: